Para tokoh yang pernah mengemban amanah sebagai ketua umum PBNU dari masa ke masa menerima penghargaan tersebut, mulai K.H. Hasan Gipo hingga K.H. Said Aqil Siroj.
"Sungguh sangat membahagiakan bagi saya, ketika saya mendapatkan kehormatan menerima piagam penghargaan sebagai salah satu mantan ketua umum Tanfidziyah PBNU periode 2010-2021," kata Said Aqil Siroj dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu.
Secara simbolis, Said Aqil sebagai salah satu tokoh yang pernah mengemban amanah sebagai ketua umum PBNU diminta naik ke atas panggung untuk menerima penghargaan yang diserahkan secara langsung oleh Mustasyar PBNU sekaligus Dewan Juri Anugerah 1 Abad NU K.H. Ahmad Mustofa Bisri.
Dari atas panggung Said Aqil menyampaikan rasa haru dan bahagia karena menerima anugerah dalam rangka peringatan Harlah 1 Abad NU itu.
Baca juga: Moeldoko: NU buktikan komitmen mengawal perjalanan bangsa
Dalam kesempatan itu, Said juga menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh panitia peringatan Harlah 1 Abad NU. Dia juga mendoakan agar NU lebih maju dan sukses.
"Kuncinya solid dan satu barisan dalam menghadapi tantangan," kata tokoh NU kelahiran Cirebon, Jawa Barat, 3 Juli 1953 itu.
Di masa mendatang, lanjutnya, tantangan yang dihadapi NU akan jauh lebih berat. Namun, jika semua pihak solid dan bisa menyatukan barisan, maka tantangan itu pasti bisa dihadapi.
"Insya Allah kalau kita solid, satu barisan, semua tantangan besar akan menjadi kecil," tambahnya.
Dia juga yakin di bawah kepemimpinan Rais Aam PBNU K.H. Miftachul Akhyar dan Ketua Umum PBNU K.H. Yahya Cholil Staquf saat ini, NU akan lebih banyak mendapatkan keberkahan.
"Dengan himmah dan adzimah (kemauan yang kuat), insya Allah Kiai Miftah dan Gus Yahya akan mampu membawa NU lebih barakah, lebih baik, lebih sukses dari masa-masa yang lalu," harapnya.
Baca juga: Wapres terima penghargaan dari NU
Selain Said Aqil Siroj, nama-nama lain penerima Anugerah NU ialah K.H. Hasan Gipo (Ketua Umum PBNU 1926-1929), K.H. Achmad Noor (Ketua Umum PBNU 1929-1937), K.H. Machfudz Siddiq (Ketua Umum PBNU 1937-1946, K.H. Nahrawi Thohir (Ketua Umum PBNU 1946-1951), K.H. Abdul Wahid Hasyim (Ketua Umum PBNU 1951-1954), dan K.H. Muhammad Dahlan (Ketua Umum PBNU 1954-1956).
Selanjutnya, K.H. Idham Cholid (Ketua Umum PBNU 1956-1984), K.H. Abdurrahman Wahid (Ketua Umum PBNU 1984-1999), serta terakhir K.H. Hasyim Muzadi (Ketua Umum PBNU 1999-2010).
Ketua umum merupakan jabatan tertinggi di jajaran Tanfidziyah PBNU. Dalam ensiklopedia NU, disebutkan bahwa ketua umum bertugas melaksanakan seluruh kebijakan dan program yang telah digariskan jajaran syuriyah PBNU.
Baca juga: Ketua DPR RI apresiasi pembentukan gerakan NU Women
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2023