Sebelumnya dalam peristiwa terpisah, dugaan balon mata-mata China yang terbang di wilayah udara Amerika Serikat telah menimbulkan pertikaian politik dan diplomatik.
Balon tersebut ditembak jatuh pesawat militer AS di lepas pantai Atlantik pada Sabtu (4/2), setelah menimbulkan spekulasi heboh selama beberapa hari terkait misi balon itu. Pada Senin Presiden AS Joe Biden menyatakan hubungan AS-China tidak akan dilemahkan oleh peristiwa tersebut.
Berdasarkan keterangan resmi Kementerian Luar Negeri Kosta Rika, pemerintah China mengakui bahwa salah satu balon miliknya terbang di atas Kosta Rika, dan Kedubes China di San Jose "meminta maaf atas insiden itu", sembari menekankan bahwa balon itu berfokus untuk riset ilmiah, khususnya studi cuaca.
Pejabat Kosta Rika diberitahu pejabat China bahwa jalur penerbangan balon itu menyimpang dari rencana awal dan balon itu memiliki kemampuan terbatas untuk mengoreksi kesalahan itu, menurut pernyataan tersebut.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China mengatakan kepada wartawan dalam konferensi pers di Beijing pada Senin bahwa balon yang terlihat di Amerika Latin itu digunakan untuk tujuan sipil.
Pada Minggu (5/2), kepala badan penerbangan sipil Kosta Rika menyatakan pejabat lokal telah menerima laporan mengenai balon yang mengambang di atas negara itu Kamis (2/2) lalu, setelah militer Kolombia mengeluarkan pernyataan pada Sabtu bahwa telah terlihat objek yang serupa dengan balon di wilayahnya sehari sebelumnya.
Saat itu, pesawat-pesawat terbang diberitahu mengenai keberadaan balon tersebut, tetapi tidak dilakukan tindak lanjut, kata direktur penerbangan sipil.
Sumber : Reuters
Baca juga: China akui pemilik "balon mata-mata" di langit Amerika Latin
Baca juga: Biden dikritik karena tak segera tembak jatuh balon udara China
Baca juga: AS tembak jatuh balon "mata-mata" China
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Sri Haryati
Copyright © ANTARA 2023