pemerintah menyadari pentingnya membangun ketahanan keluarga secara utuh di berbagai bidang, baik kesehatan, ekonomi, pendidikan anak, dan kebahagiaan keluarga.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menggunakan pendekatan pendekatan gotong royong dan partisipatif dalam mengatasi stunting di DKI Jakarta.
“Mengingat bahwa risiko stunting dipengaruhi oleh faktor spesifik dan sensitif, maka ditingkat lini lapangan BKKBN menggunakan pendekatan gotong royong dan partisipatif,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam Sosialisasi Cegah Stunting di Jakarta, Selasa.
Hasto menuturkan implementasinya dilakukan dengan mengoptimalkan program Bangga Kencana, yang terintegrasi dengan program lain yang mencakup intervensi pada kedua faktor tersebut, serta peningkatan kualitas hidup masyarakat di tingkat lini lapangan serta pembangunan sektor terkait lainnya dalam rangka mewujudkan keluarga berkualitas.
Pendekatan tersebut dipilih karena pemerintah menyadari pentingnya membangun ketahanan keluarga secara utuh di berbagai bidang, baik kesehatan, ekonomi, pendidikan anak, dan kebahagiaan keluarga.
“Penanganan gizi, kualitas sanitasi, kualitas lingkungan, akses pendidikan, kesehatan, sampai juga terjaganya sumber-sumber pendapatan adalah pilar kesejahteraan dan ketahanan keluarga setiap keluarga Indonesia,” katanya.
Menurut Hasto saat ini yang dibutuhkan adalah sistem operasional yang langsung bisa menyentuh masyarakat. Pemerintah kini berusaha mengimplementasikan tiap program dengan melakukan pembinaan, penyuluhan, pendampingan dan pelayanan KB di tengah-tengah masyarakat, sehingga dapat mewujudkan keluarga yang bahagia dan sejahtera.
Selanjutnya, penanganan stunting juga dijalankan melalui penggunaan pangan lokal yang sehat guna memenuhi gizi ibu hamil dan anak-anak. Diharapkan lewat program ini, tidak ada lagi bayi-bayi 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang terlantar yang tidak mendapatkan asupan makanan gizi seimbang untuk makanan tambahannya.
Hasto mengatakan bentuk pengawalan lain yang mulai dilakukan di lapangan adalah memastikan semua ibu hamil dan anak balita mendapat suplementasi dan makanan tambahan pendamping ASI.
“Saya sangat berharap ibu hamil, ibu mau hamil, ibu baru menyusui, semua mendapatkan nutrisi produk olahan dari pangan lokal yang sehat. Sehingga tidak ada ibu yang mau hamil, calon ibu dan ibu mau bulan madu tidak teratasi kondisi kesehatannya atau gizinya sebelum hamil begitu juga pada saat bayi sudah lahir lebih dari enam bulan,” ujarnya.
Dengan demikian, Hasto menekankan menekan angka stunting harus dilakukan secara timbal balik melalui hubungan secara vertikal maupun horizontal, yaitu melalui pemerintah maupun tanggung jawab bersama antar masyarakat.
Semua program harus dilaksanakan secara berkesinambungan untuk mewujudkan penurunan angka stunting di Indonesia Dibutuhkan penanganan yang holistik, integratif, dan berkualitas melalui koordinasi, sinergi, dan sinkronisasi dari seluruh pihak terkait.
Hasto berharap semua komponen dan elemen bangsa, mau bergerak bersama mensukseskan program nasional yang bertujuan untuk mewujudkan generasi Indonesia yang berkualitas.
“Waktu untuk menurunkan kasus stunting dari 21,6 persen menjadi 14 persen hanya tinggal sebentar lagi, maka upaya gotong royong menjadi sebuah keniscayaan dalam menurunkan kasus stunting,” katanya.
Baca juga: BKKBN: Angka prevalensi stunting DKI Jakarta turun jadi 14,8 persen
Baca juga: BKKBN bersama Pemprov DKI dan Brimob tinjau stunting di Cilincing
Baca juga: Pemkot Jakbar pantau asupan gizi ibu dan bayi untuk cegah tengkes
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2023