Konferensi itu dibuka oleh Menteri Luar Negeri Belanda Wopke Hoekstra pada Rabu pagi waktu setempat di World Forum Den Haag.
"AI mengubah cara hidup kita. Demikian juga halnya dengan penggunaannya dalam militer," kata dia.
Dengan potensinya yang besar, kecerdasan buatan bisa membantu manusia namun di sisi lain juga bisa menghancurkan dalam hitungan detik, ujar Wopke.
"Saya yakin, kita bisa membuat perubahan dari Den Haag ini," katanya.
Konferensi yang dilaksanakan pada 15-16 Februari ini diikuti oleh peserta dari 70 negara.
Ajang itu merupakan yang pertama digelar oleh Belanda dan diharapkan bisa menjadi ajang tahunan.
Baca juga: Menlu Belanda mengajak dunia sepakati pengaturan AI dalam militer
Untuk penyelenggaraan konferensi pertama ini, Belanda menggandeng Korea Selatan sebagai co-host.
Dalam perbincangan dengan wartawan pada Selasa, Wopke mengajak masyarakat dunia duduk bersama untuk menyepakati berbagai aspek terkait penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam militer.
Menurut Wopke, sekarang saatnya untuk duduk bersama sebagai masyarakat dunia untuk menyepakati isu terkait beberapa aspek teknologi baru ini.
Seperti juga yang pernah dilakukan sebelumnya untuk senjata nuklir, kimia, dan biologi, kesepakatan soal AI diharapkan bisa dibuat, katanya.
REAIM 2023 menjadi ajang para pihak untuk mendiskusikan peluang, tantangan dan risiko terkait aplikasi kecerdasan buatan dalam militer.
Baca juga: AS dan Uni Eropa luncurkan perjanjian AI pertama di jenisnya
Baca juga: Jumlah perusahaan AI besar di Beijing capai 1.000 lebih
Pewarta: Sri Haryati
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2023