Dinas Kesehatan DKI Jakarta memperketat pengawasan terhadap potensi penularan penyakit difteri setelah Kabupaten Garut, Jawa Barat menetapkan kejadian luar biasa (KLB) penyakit tersebut.Tim puskesmas harus investigasi cepat dan melaporkan kurang dari 1x24 jam kepada kami
"Kami memiliki sistem surveilans terhadap lebih 25 penyakit menular yang berpotensi menjadi kejadian luar biasa," kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Widyastuti di Jakarta, Rabu.
Pihaknya meminta seluruh rumah sakit, puskesmas, dan fasilitas kesehatan lainnya untuk mendata secara sistematis apabila merawat pasien dengan penyakit menular.
Upaya itu sebagai deteksi dini untuk segera melakukan intervensi apabila terdata pasien yang mengidap wabah termasuk difteri.
Selain dari sisi surveilans, pihaknya juga meningkatkan kewaspadaan dengan meminta rumah sakit dan puskesmas melakukan investigasi cepat jika ada temuan kasus penyakit menular.
Ia meminta fasilitas kesehatan itu untuk melaporkan kepada Dinas Kesehatan dalam waktu 24 jam terkait temuan penyakit menular.
"Tim puskesmas harus investigasi cepat dan melaporkan kurang dari 1x24 jam kepada kami, sehingga kami akan lakukan langkah-langkah intervensi," ucapnya.
Hingga saat ini, lanjut dia, belum ada temuan kasus difteri di DKI Jakarta.
Sebelumnya, Kabupaten Garut menetapkan KLB Difteri setelah sebanyak tujuh warga Desa Sukahurip, Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut meninggal dunia diduga terpapar virus difteri.
Sementara itu, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi mengatakan pemerintah daerah dan masyarakat dapat menerapkan sejumlah langkah untuk mencegah penularan difteri meluas.
Dia menjelaskan penanganan difteri agar KLB tidak meluas di antaranya puskemas membuat posko KLB Difteri di lokasi.
Kemudian, pembatasan aktivitas di luar rumah bagi yang sakit, tetap melakukan protokol kesehatan terutama di daerah/lokasi KLB dengan menjaga jarak dan penggunaan masker.
Selanjutnya, sosialisasi tentang penyakit difteri dan pentingnya imunisasi kepada masyarakat dan meningkatkan cakupan imunisasi dasar lengkap.
Umumnya gejala awal difteri meliputi sakit tenggorokan, demam, pembengkakan kelenjar getah bening, dan lemas.
Baca juga: Menkes sebut KLB difteri Garut imbas keterlambatan imunisasi
Baca juga: IDAI: Suplemen tak bisa gantikan imunisasi
Baca juga: IDAI: Batuk pilek jangan jadi alasan tunda imunisasi anak
Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2023