Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan bahwa adanya transformasi pada layanan kesehatan rujukan disiapkan untuk menghadapi pandemi berikutnya beserta meningkatnya temuan kasus penyakit tidak menular (PTM).
“Selain pandemi COVID-19, kita juga dihadapkan pada penanganan penyakit tidak menular (PTM) dan perbaikan layanan kesehatan rujukan ini juga jadi prioritas Kemenkes,” kata Plt. Direktur Mutu Pelayanan Kesehatan Kemenkes Yanti Herman dalam Siaran Sehat yang diikuti di Jakarta, Senin.
Yanti menuturkan transformasi dalam pilar kedua tersebut, mempunyai fokus utama untuk mendekatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan khususnya dalam pelayanan kesehatan spesialistik dan sub-spesialistik.
Transformasi layanan rujukan juga diupayakan untuk pemerataan fasilitas pelayanan kesehatan bagi layanan spesialistik dan sub-spesialistik bagi empat penyakit PTM yang menjadi penyebab kematian tertinggi sekaligus menjadi penyakit dengan jumlah pembiayaan terbanyak yakni kanker, jantung, stroke dan ginjal sebagaimana data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).
Guna menghadapi keempat penyakit PTM itu, Kemenkes melalui transformasi layanan kesehatan rujukan berupaya meningkatkan jejaring rumah sakit rujukan dan meningkatkan kemampuan rumah sakit lewat pengampuan baik itu rumah sakit provinsi hingga kabupaten/kota.
Selain itu, Kemenkes akan segera melakukan pengembangan fasilitas layanan kesehatan rujukan di daerah terpencil, termasuk perbaikan mutu dari fasilitas kesehatan yang bersangkutan.
“Kalau kita berkacanya hanya pada pelayanan atau klinis saja tapi mutu tidak kita perbaiki, pelayanan juga tidak akan baik dan tidak akan diterima oleh masyarakat memiliki mutu yang tinggi,” ujarnya.
Di sisi lain Kemenkes, kata Yanti, ikut melakukan perbaikan layanan medis atau hospitility layanan rumah sakit dan menjalin kerja sama dengan rumah sakit luar negeri untuk transfer teknologi maupun pengetahuan yang terkait dengan kemampuan manajemen keuangan rumah sakit.
“Jadi cashflow rumah sakit juga perlu untuk diperbaiki, karena pelayanan itu tidak ditunjang juga dengan pendanaan dan kegiatan lain yang cukup itu tidak akan optimal juga. Masih banyak hal lain yang perlu di transformasi dalam layanan tunjukkan ini, tapi kita fokus pada beberapa kegiatan tersebut kegiatan besar itu dulu,” kata Yanti.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Kemenkes Kunta Wibawa Dasa Nugraha menyebut terdapat empat penyakit tidak menular yang membutuhkan masa perawatan medis yang lama dengan pembiayaan yang tinggi.
Akibatnya, biaya yang ditanggung oleh BPJS Kesehatan semakin membengkak hari demi hari. Diketahui dalam data BPJS tahun 2022 lalu, penanganan penyakit jantung mencapai Rp12,14 triliun dengan 15,4 juta kasus.
Terdapat pula penyakit kanker dengan beban biaya Rp4,5 triliun dengan 3,1 juta kasus, stroke menghabiskan Rp3,23 triliun dengan 2,5 juta kasus dan gagal ginjal sebesar Rp2,1 triliun dengan 1,3 juta kasus.
Baca juga: Kemenkes: Transformasi layanan primer perkuat RI hadapi pandemi lain
Baca juga: Layanan esensial posyandu disiapkan untuk cegah kematian ibu dan bayi
Baca juga: Kemenkes: 10 provinsi lambat vaksinasi difteri anak akibat pandemi
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023