Meskipun dilaksanakan impor, dapat kami sampaikan bahwa harga di tingkat petani juga masih sangat baik
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menegaskan impor beras dilakukan secara terukur dan tidak menjatuhkan harga di tingkat petani.
“Jadi kami sampaikan bahwa ini importasi yang terukur. Tidak membabi buta untuk menjatuhkan juga,” kata Kepala Bapanas Arief saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi IV DPR RI di Jakarta, Senin.
Pernyataan itu disampaikannya terkait penugasan Perum Bulog pada akhir tahun 2022 lalu untuk mendatangkan 500 ribu ton beras beras dari Thailand, Vietnam hingga Myanmar yang realisasinya hingga akhir Februari 2023 telah mencapai 98,5 persen atau 492.863 ton.
“Meskipun dilaksanakan impor, dapat kami sampaikan bahwa harga di tingkat petani juga masih sangat baik,” ucapnya.
Baca juga: Anggota DPR minta pemerintah tidak terburu-buru impor beras
Lebih lanjut Arief menyampaikan bahwa stok beras Bulog per 31 Maret 2023 mencapai 245.223 ton yang mana 95,29 persennya merupakan stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) dan 4,71 persen lainnya merupakan stok komersil.
Secara rinci, CBP tersebut berasal dari pengadaan dalam negeri dengan jumlah 52.003 ton, lalu hasil diolah kembali (repros) sebanyak 588 ton, dari luar negeri sebanyak 168.087 ton dan dari pengalihan dalam negeri 12.983 ton.
Mengenai harga beras yang masih mahal, Arief menegaskan bahwa produksi beras sejak Agustus 2022 hingga Januari 2023 masih di bawah kebutuhan konsumsi masyarakat yang menyebabkan terjadinya defisit.
Begitu juga dengan produksi pada Februari 2023 yang pada awalnya pengamatan data KSA BPS, produksi beras mencapai 2,86 juta ton namun terkoreksi 820 ribu ton akibat banjir dan gagal panen di 31 ribu hektar sawah.
Jika di total, jumlah produksi pada Januari hingga April 2023, diproyeksikan mencapai 13,37 juta ton dengan total konsumsi 10,15 juta ton yang berarti surplus 3,22 juta ton. Namun pada Mei 2023, diprediksi kembali terjadi defisit 430 ribu ton karena produksi beras hanya mencapai 2,11 juta ton sedangkan konsumsi mencapai 2,54 juta ton.
“Kebutuhan kita 2,5 juta sebulan, surplus sampai dengan April hanya 3,22 juta ton. Kemudian di tahun 2022, surplusnya itu hanya setengah bulan 1,34 juta, itu hanya setengah bulan. Itu kenapa harganya tinggi karena surplusnya hanya setengah bulan,” ucap dia.
Baca juga: RI akan sasar Thailand hingga India penuhi impor 2 juta ton beras
Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023