Mereka ialah koki Marsia Taha dari Bolivia dan Virgilio Martinez dari Peru, yang ingin membangun kesadaran bahwa wilayah di sekitar Hutan Amazon memiliki ragam makanan yang menakjubkan, bahkan terkadang tidak biasa dan bahwa penduduk asli masih mengumpulkan bahan makanan dari hutan itu, seperti disiarkan Reuters, Selasa.
Baca juga: Menjaga dan mengolah boga bahari Indonesia Timur
Di restoran Gustu milik Taha, yang terletak di La Paz, beragam corak warna dan rasa ditata di atas meja yang dihiasi dedaunan. Mereka merayakan keragaman gastronomi Amazon Bolivia dan Peru.
"Ini bukan hanya perayaan tentang Amazon dan keanekaragaman hayatinya, tapi, juga para produsen. Merekalah yang membuat bahan-bahan ini sampai ke rumah dan restoran kami," kata Taha.
Taha dan Martinez membuat makanan dari bahan-bahan yang tidak lazim didengar, seperti gusanillo atau cacing cabai, kulit kayu yang terasa seperti bawang putih, dan madu dari lebah yang tidak memiliki sengat.
Penduduk asli yang tinggal di sekitar hutan hujan tropis Amazon menggunakan panah untuk berburu, mereka juga menangkap ikan yang panjangnya bisa mencapai satu kaki (30 centimeter).
Baca juga: Sultra promosikan pangan lokal kepada Raja-Raja se-Nusantara
Selain berburu, penduduk asli juga memanen paprika dan jagung, lalu membawa hasil bumi itu ke kota-kota besar, yang jaraknya bisa mencapai ratusan mil.
Martinez mengatakan belakangan ini gerakan bermunculan untuk menjaga produk dan rasa kuliner.
"Selama lima tahun belakangan, kami melihat budaya Amerika Latin yang begitu kuat, yang ingin mempertahankan indentitasnya. Mereka ingin menjaga kebudayaan yang berasal dari leluhur," kata Martinez.
Memanfaatkan kemampuan mereka sebagai koki, Martinez tergerak untuk membuat makanan untuk menunjukkan keragaman pangan Amazon.
Baca juga: Bersantap di restoran rasa hutan rimba di Madagaskar
"Kami bisa membuatnya dengan sederhana, namun, anggun," kata Martinez.
Martinez dan Taha mengambil bahan makanan dari sekitar 200 komunitas adat di Amazon melalui proyek Sabores Silvestres (Cita Rasa Alam) yang diadakan restoran Gustu. Proyek tersebut menghabiskan 15 tahun untuk meneliti bahan-bahan makanan yang ada di Amazon.
"Kami sudah bekerja sama dengan 200 komunitas adat dan lebih dari 600 produk terdaftar. Kami juga menggunakan bahan-bahan itu di restoran, yang membuat kami sangat bangga," kata Taha.
Baca juga: Cicipi cokelat "hutan jamur" dan panna cotta Sakura dari Osaka
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2023