"Para pendatang baru ini sebenarnya belum siap, baik secara keahlian, maupun mental," kata Asisten Deputi Bidang Perlindungan Hak Perempuan Pekerja dan TPPO KemenPPPA Priyadi Santosa dalam webinar bertajuk "Petaka Perempuan Desa Terjebak Pesona Ibukota, Pasca Mudik Hari Raya", di Jakarta, Kamis.
Priyadi Santosa menilai para urban (pendatang) banyak yang tidak memiliki keahlian khusus sehingga kehidupan mereka di kota, tidak lebih baik daripada kehidupan saat di desa.
Akibatnya, semakin bertambahnya masalah sosial seperti fenomena anak jalanan, gelandangan, pengemis, pekerja seks komersil, dan terciptanya 'kantong-kantong' kemiskinan sebagai dampak urbanisasi.
Kondisi seperti ini kemudian banyak dimanfaatkan oleh oknum yang menjebak para urban pada tindak pidana perdagangan orang (TPPO).
"Situasi ini banyak dimanfaatkan pihak yang tidak bertanggung jawab, oknum mengiming-iming gaji besar, kerja ringan. Sehingga pendatang yang umumnya perempuan-perempuan dengan minim pendidikan, tidak punya referensi, akhirnya sering terjebak, dipekerjakan di kafe remang-remang sampai dilacurkan," katanya.
Priyadi Santosa menuturkan arus urbanisasi pasca lebaran merupakan hal yang alami dan selalu terjadi.
Tetapi pihaknya berharap pemda di daerah asal pendatang agar aktif memberikan pemahaman terhadap masyarakat desa yang ingin mengadu nasib di kota-kota besar.
Kemudian kepada para pendatang, dia berpesan, agar sebelum berangkat, mereka hendaknya memiliki kepastian akan pekerjaan dan tempat tinggal di kota.
"Karena urbanisasi tanpa tujuan yang jelas akan menimbulkan kesusahan bagi pendatang dan masalah bagi kota tujuan," kata Priyadi Santosa.
Baca juga: Kemen PPPA: Pemberdayaan perempuan harus ditanamkan di keluarga
Baca juga: Pemprov Lampung sediakan 20 bus cadangan pada mudik Lebaran 2023
Baca juga: Pemprov DKI Jakarta tidak membatasi arus urbanisasi
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2023