Bagi industri, ada beberapa hal mendasar yang berkaitan dengan risiko, tata kelola, dan prinsip kehati-hatian yang akan menjadi pembelajaran bagi kita di tengah-tengah kondisi yang tidak kondusif ini
Deputi Komisioner Pengawas Bank Pemerintah dan Syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bambang Widjanarko mengatakan kasus kolapsnya sejumlah perbankan global, misalnya Sillicon Valley Bank, dapat menjadi pembelajaran bagi perbankan Indonesia.
“Bagi industri, ada beberapa hal mendasar yang berkaitan dengan risiko, tata kelola, dan prinsip kehati-hatian yang akan menjadi pembelajaran bagi kita di tengah-tengah kondisi yang tidak kondusif ini,” ujar Bambang dalam diskusi virtual LPPI yang dipantau di Jakarta, Kamis.
Menurut Bambang, persoalan yang dihadapi oleh Sillicon Valley Bank berkenaan dengan risiko reputasi, konsentrasi, pasar, dan likuiditas. Oleh karena itu, perbankan Indonesia dapat menyiapkan langkah antisipasi dengan memperhatikan keempat risiko tersebut.
Misalnya, lanjut Bambang, untuk menghadapi risiko reputasi, perbankan dapat menyiapkan pengelolaan informasi publik yang baik. Selain untuk menjaga reputasi, pengelolaan informasi publik juga dapat menjaga sistem keuangan serta kepercayaan masyarakat terhadap perbankan.
Kemudian, terkait risiko konsentrasi, perbankan perlu menjaga eksposur risiko yang terkonsentrasi pada sumber pendanaan, penyaluran dana, maupun debitur tertentu. Perbankan juga perlu mengantisipasi perubahan nilai aset, terutama yang disebabkan oleh perubahan harga dan suku buka, guna terhindar dari risiko pasar.
Sedangkan untuk mengantisipasi risiko likuiditas, perbankan perlu melakukan pemantauan likuiditas, pengelolaan aset dan liabilitas, serta meninjau opsi likuiditas yang dimiliki oleh bank.
Sementara itu, Bambang menyampaikan OJK sebagai regulator juga telah mempersiapkan sejumlah langkah sebagai respons dari kejatuhan perbankan global.
Salah satunya adalah memprioritaskan stabilitas sistem keuangan (SSK) dan risiko sistemik sebagai langkah antisipasi.
“Karena kalau itu tidak tertangani dengan baik, recovery atau penyembuhannya itu juga tidak main-main dan luar biasa. Oleh karena itu, saya kira stabilitas sistem keuangan jadi kunci utama,” ujar Bambang.
Selain itu, sejumlah aspek lain yang juga menjadi perhatian regulator adalah kondisi likuiditas makro yang cukup, peran dan fungsi penjaminan, serta kerangka regulasi yang cepat, tepat, dan terukur.
Baca juga: Dirut BNI ingatkan perbankan jaga likuiditas untuk hindari kegagalan
Baca juga: Keruntuhan SVB dinilai bukan pengulangan krisis ekonomi 2008
Baca juga: Berkaca dari kolapsnya SVB, Dirut BRI: Indonesia jauh dari potensi risiko ekonomi
Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Citro Atmoko
Copyright © ANTARA 2023