CAC mengatakan China mendukung inovasi dan penggunaan AI, mereka juga mendukung penggunaan perangkat lunak, alat dan sumber data yang aman dan dapat dipercaya. Konten yang dibuat oleh AI generatif, menurut CAC, harus sejalan dengan paham yang dianut negara, seperti disiarkan Reuters, Selasa.
Penyedia layanan bertanggung jawab untuk legitimasi data yang digunakan untuk melatih AI generatif dan mengambil langkah untuk mencegah diskriminasi ketika merancang algoritma dan melatih data.
Baca juga: Jepang akan pimpin pembahasan soal risiko AI pada pertemuan G7
CAC juga meminta penyedia layanan untuk mewajibkan pengguna memasukkan identitas asli dan informasi yang benar. Aturan tersebut akan memuat sanksi bagi penyedia layanan yang tidak patuh, dapat berupa denda, layanan ditangguhkan atau investigasi kriminal.
Jika terdapat konten yang tidak layak yang dihasilkan oleh AI generatif, CAC meminta penyedia layanan untuk memperbarui teknologi dalam waktu tiga bulan supaya kejadian serupa tidak terulang.
Aturan soal AI generatif di China akan berlaku mulai tahun ini, saat ini CAC membuka konsultasi publik untuk draf aturan tersebut.
Sejumlah negara sedang merancang aturan untuk AI generatif demi memitigasi potensi bahaya yang bisa ditimbulkan teknologi yang sedang berkembang itu.
Popularitas AI generatif meledak sejak OpenAI meluncurkan ChatGPT, perusahaan teknologi lainnya pun berlomba-lomba memberikan layanan serupa.
Baru-baru ini sejumlah raksasa teknologi dari China, seperti Alibaba, Baidu dan SenseTime juga memamerkan AI generatif buatan mereka, dengan aplikasi beragam mulai dari chatbot sampai pembuat gambar.
Baca juga: Agensi bantah Lee Da-In hamil hingga yeedi rilis robot vakum AI
Baca juga: Bertemu Kishida, CEO OpenAI pertimbangkan buka kantor di Jepang
Baca juga: yeedi luncurkan robot vakum dengan teknologi AI
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023