Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes Liliek Marhaendro Susilo mengatakan salah satu cara menjaga kondisi fisik yakni membatasi aktivitas ibadah sunah menjelang puncak haji atau yang dikenal dengan masa Armuzna (Arafah, Muzdalifah, dan Mina).
"Jamaah hendaknya mengurangi aktivitas sunah sebelum perjalanan Masyair agar kondisi fisik saat di Armuzna dalam kondisi baik," kata Liliek dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu.
Liliek mengatakan pengaturan aktivitas itu mesti dilakukan agar jamaah calon haji dapat menunaikan seluruh rangkaian ibadah haji dan meraih kemabruran.
"Periode Armuzna ini seharusnya menjadi puncak kebugaran jamaah bukan puncak kelelahan," katanya.
Liliek melaporkan dalam beberapa tahun terakhir pelaksanaan ibadah haji ada beberapa penyebab kematian tertinggi jamaah, di antaranya, penyakit jantung, paru, dan stroke. Kebanyakan dari mereka teridentifikasi mengalami penyakit tersebut di pemondokan pasca Armuzna.
Senada dengan Liliek, Direktur Bina Haji Kemenag Arsad Hidayat mengingatkan bahwa ada lima titik kritis yang harus menjadi perhatian para petugas penyelenggara ibadah haji.
Lima titik tersebut yaitu titik kedatangan jamaah di bandara Madinah dan Jeddah, titik ketibaan jamaah di Makkah dan Madinah, titik di Makkah gelombang I, titik di Arafah, Muzdalifah dan Mina, serta titik saat tawaf Ifadah.
"Saya minta diatur betul semua supaya kondisi jamaah tetap fit bisa menjalankan semua rukun ibadah haji," kata Arsyad.
Baca juga: Kemenag: Beda budaya jadi salah satu titik kritis berhaji
Baca juga: Persiapan penyelenggaraan ibadah haji capai 80 persen
Baca juga: Kloter pertama jamaah haji Indonesia berangkat 24 Mei 2023
Baca juga: Kemenag Kalsel: pelunasan biaya haji dibuka hingga 5 Mei 2023
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023