• Beranda
  • Berita
  • BKKBN Sulsel perkuat layanan faskes KB kejar target penurunan stunting

BKKBN Sulsel perkuat layanan faskes KB kejar target penurunan stunting

4 Mei 2023 22:39 WIB
BKKBN Sulsel perkuat layanan faskes KB kejar target penurunan stunting
Ilustrasi - Suasana layanan KB yang digelar pihak BKKBN Sulsel bersama Dinas Kesehatan setempat pada akseptor di Sulsel. (ANTARA/Suriani Mappong)
Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sulawesi Selatan memperkuat kualitas dan akses layanan KB khususnya di Fasilitas kesehatan (faskes) untuk mengejar target angka prevalensi stunting 14 persen pada 2024.

"Penguatan layanan KB di faskes sangat penting untuk mencapai target angka prevalensi stunting yang dicanangkan pemerintah dua tahun lalu," kata Kepala Perwakilan BKKBN Sulsel Andi Ritamariani di Makassar, Kamis.

Dia mengatakan untuk mencapai hal itu pihaknya gencar mensosialisasikan dan membuka Orientasi Peningkatan Kapasitas Pelayanan KB bagi Tenaga Kesehatan di faskes, jejaring dan jaringan di Puskesmas seperti yang dilakukan di Tinggi Moncong, Malino, Kabupaten Gowa, pekan lalu.

Menurut dia, hasil Pendataan Keluarga tahun 2022, capaian penggunaan kontrasepsi modern (mCPR) masih sangat rendah, yaitu sebesar 56,3 persen, sedangkan kebutuhan KB yang tidak terpenuhi (unmet need) masih tinggi sebesar 16,1 persen.

Baca juga: Capaian Kampung KB Sulsel lampaui target 2022

Baca juga: BKKBN Sulsel jemput bola melalui Layanan KB Care


"Melihat kondisi ini, perlu dilakukan penguatan akses dan kualitas layanan KB, salah satu melalui peningkatan kapasitas tenaga kesehatan di Faskes, Jaringan dan jejaring dalam memberikan layanan KB," ujar Andi Rita.

Sebagai Koordinator Program Percepatan Penurunan Stunting di Indonesia, BKKBN mendapatkan mandat dari Presiden RI untuk menurunkan angka stunting pada 2024 menjadi 14 persen.

Prevalensi stunting di Indonesia saat ini masih 21,6 persen (SSGI 2022) dan Sulawesi Selatan 27,2 persen. Angka ini masih di atas angka standar yang ditoleransi World Helath Organization (WHO), yaitu d ibawah 20 persen untuk setiap negara.

Andi Rita menegaskan kunci penanganan stunting yaitu kolaborasi lintas sektor, setiap pihak berkontribusi dan bersinergi sesuai dengan tugas dan fungsi yang diemban.

Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh dan kembang pada anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi penyakit berulang khususnya pada masa 1000 hari pertama kehidupan.

Dampaknya anak stunting memiliki tingkat kecerdasan yang rendah, mudah terserang penyakit dan memiliki ketergantungan kepada orang lain.

Upaya pencegahan stunting, kata Andi Rita dilakukan dari hulu melalui pendekatan keluarga dengan menyasar 4 kelompok sasaran yaitu remaja sebagai calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui dan anak usia di bawah 2 tahun.

"BKKBN memiliki kontribusi yang besar terhadap upaya penurunan stunting, yaitu melalui pencegahan 4 terlalu dan program KB, khususnya KB Pasca Persalinan dan Pasca Keguguran serta kelompok kegiatan seperti BKR, BKB dan Forum Genre," ucap Andi Rita.*

Baca juga: 24 kabupaten/kota di Sulsel bersinergi turunkan kekerdilan

Baca juga: BKKBN Sulsel buka layanan KB keliling di tengah pandemi COVID-19

Pewarta: Suriani Mappong
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023