"Setiap kecamatan ada suatu mesin insenerator supaya pengurangan sampah bisa dilakukan sejak awal," kata dia saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Menurut Kenneth, jumlah sampah diperkirakan meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk DKI usai musim mudik Lebaran.
Hal tersebut akan membuat jumlah sampah rumah tangga menumpuk di setiap Tempat Pembuatan Sementara (TPS) kecamatan dan kelurahan.
"Kalau ada penumpukan sampah bisa berpengaruh kepada kesehatan warga itu sendiri," kata dia.
Baca juga: DLH DKI sebut pengolahan sampah RDF lebih efisien ketimbang ITF
Sejauh ini, upaya pemerintah kota (pemkot) dan pemerintah provinsi (pemprov) dalam mengurangi sampah hanya dengan mendaur ulang menjadi pupuk dan barang layak guna lain.
Upaya tersebut dinilai Kenneth kurang berdampak dalam mengurangi jumlah sampah harian di DKI. Dia berharap pemakaian mesin insenerator bisa diberlakukan di setiap wilayah guna pengurangan jumlah sampah.
Sebelumnya, Suku Dinas Lingkungan Hidup (Sudin LH) Jakarta Barat mengolah ribuan ton sampah rumah tangga menjadi barang bernilai ekonomi di lokasi bank sampah induk di Bambu Larangan, Kalideres.
"Kita lakukan pengolahan sampah di Bambu Larangan dengan petugas Sudin LH. Ada yang jadi pupuk, ada juga jadi barang daur ulang layak guna, ada yang juga yang kita jadikan makanan larva maggot" kata Kasudin Lingkungan Hidup Jakarta Barat yang saat itu dijabat Slamet Riyadi saat dihubungi di Jakarta, Selasa (21/2).
Baca juga: Kelurahan Grogol Selatan rutinkan penataan TPS ilegal jadi taman
Pengolahan sampah tersebut dilakukan guna mengurangi beban sampah yang akan dikirimkan ke TPA Bantar Gebang, Jawa Barat.
Menurut Slamet, dalam satu hari Jakarta Barat bisa memproduksi 900 sampai 1.400 ton sampah rumah tangga.
Slamet mengaku upaya pengolahan sampah menjadi barang yang bernilai tidak lantas dapat menurunkan jumlah yang dikirim ke Bantar Gebang secara drastis.
Namun demikian, dia meyakini upaya ini secara perlahan dapat menumbuhkan kreativitas masyarakat untuk memanfaatkan sampah menjadi barang yang memiliki nilai ekonomi.
Pewarta: Walda Marison
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2023