"Jadi di satu sisi, saya ingin mengatakan bahwa bahaya topan ini telah berlalu, tetapi musim topan terus berlanjut dan musim hujan akan segera tiba," kata Wakil Kepala Misi IOM di Bangladesh Nihan Erdogan kepada Anadolu.
“Jadi, bahaya dari alam belum berlalu,” ujar dia, menambahkan.
Erdogan mengatakan musim hujan akan berdampak buruk pada tanah di kamp pengungsi Rohingya di Cox's Bazar, Bangladesh, karena bisa memicu tanah longsor dan banjir.
Warga Rohingya telah bertahun-tahun mengungsi di Bangladesh dan tinggal di bangunan-bangunan rentan yang terbuat dari bambu dan terpal.
"Saya berada di kamp kemarin. Saya sedang memeriksa beberapa tempat penampungan yang rusak. Dan tepat ketika saya di sana, kami mengalami tanah longsor," kata Erdogan.
Erdogan mengatakan badan-badan kemanusiaan di negara itu bekerja sama erat dengan Pemerintah Bangladesh.
“Kami membutuhkan dukungan masyarakat internasional untuk menyediakan dana yang sangat dibutuhkan karena rencana respons bersama 2023, yang merupakan rencana utama yang kita semua kerjakan, saat ini kekurangan dana. " kata dia.
Dia mengungkapkan bahwa dana bantuan yang terkumpul sejauh ini hanya sekitar 16-17 persen dari total kebutuhan.
“Itu angka yang sangat rendah mengingat 1 juta orang (di kamp) semuanya bergantung pada bantuan kemanusiaan. Jadi, angka itu perlu ditingkatkan secara signifikan,” ujar Erdogan.
Pada Minggu (14/5), Topan Mocha yang menerjang pantai di antara Cox's Bazar dan wilayah Kyaukpyu di Myanmar dilaporkan menewaskan sedikitnya sembilan orang di kedua negara.
Erdogan mencatat bahwa menurut informasi yang mereka terima dari berbagai fasilitas kesehatan, ada beberapa orang yang terluka tetapi tidak ada kematian yang dilaporkan di dalam kamp pengungsi.
Sumber: Anadolu
Baca juga: ASEAN siap kirim bantuan bagi korban terdampak Topan Mocha di Myanmar
Baca juga: Banyak Muslim Rohingya tewas akibat Topan Mocha
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2023