Langkah mitigasi apabila SATRIA-1 alami anomali

18 Juni 2023 19:22 WIB
Langkah mitigasi apabila SATRIA-1 alami anomali
Ilustrasi - Tampilan Satelit Republik Indonesia (SATRIA)-1. ANTARA/HO-BAKTI Kemenkominfo/am.

Kalau jendela peluncuran yang ditetapkan terlewati maka kita punya jadwal lagi di hari besoknya

Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (BAKTI Kemkominfo) mengungkapkan bahwa pihaknya telah menyiapkan beberapa langkah mitigasi apabila Satelit Republik Indonesia 1 (SATRIA-1) mengalami anomali baik saat peluncuran maupun setelah mengorbit.

PT Satelit Nusantara Tiga (SNT) selaku Badan Usaha Penyelenggara untuk proyek SATRIA-1 mengungkapkan apabila cuaca menjadi kendala untuk peluncuran satelit ini maka jadwal cadangan telah disiapkan.

"Kalau jendela peluncuran yang ditetapkan terlewati maka kita punya jadwal lagi di hari besoknya dengan waktu yang kurang lebih sama. Biasanya kalau tidak ada kendala teknis dan hanya terhalang faktor cuaca memang umumnya satu hari kemudian bisa diluncurkan," kata Deputy Project Coordinator PT Satelit Nusantara Tiga (SNT) Heru Dwikartono di Orlando, AS, Sabtu.

Baca juga: Kemenko: Satelit Satria diharapkan pacu tumbuhnya pusat ekonomi baru

Selanjutnya untuk mitigasi apabila SATRIA-1 mengalami anomali saat mengorbit, Heru menjelaskan bahwa satelit itu telah dirancang memiliki kemampuan memperbaiki secara otomatis apabila terjadi masalah teknis.

Sistem tersebut dapat terjadi karena SATRIA-1 dirancang sejak awal sudah membawa komponen cadangan sehingga saat masalah teknis terjadi maka satelit bisa membenahi kendala tersebut dengan cepat.

"Kita jadi memang mendesain satelit itu semua komponennya bisa fully back up, karena kita mengerti bahwa ketika sudah di atas dan ada masalah itu sudah tidak bisa dibenarkan manual lagi. Jadi secara perangkat di satelit sudah disiapkan (komponen) backup," ujar Heru.

Heru juga mengatakan agar tidak ada kekhawatiran turunnya kecepatan internet dari SATRIA-1 saat mengorbit, pihaknya telah mengantisipasi dengan menambah sedikit lebih besar kapasitas dari satelit tersebut.

Baca juga: Satelit SATRIA raih penghargaan di PFI Awards 2021

Dengan demikian, satelit bisa tetap stabil dan maksimal memberikan kecepatan internet 150 Gbps saat dioperasikan.

"Dengan total layanan yang ada harusnya 150 Gbps, tentunya kita desain pun tidak pas seperti itu. Kita punya margin dan itu bisa jadinya 150 Gbps lebih. Jadi itu cara antisipasi kemungkinan pengurangan kapasitas," katanya.

SATRIA-1 merupakan satelit internet pertama yang dimiliki Pemerintah Indonesia dan disiapkan untuk fasilitas-fasilitas publik di wilayah terdepan, tertinggal, terluar (3T).

Berdasarkan studi terbaru BAKTI Kemenkominfo pada 2023, SATRIA-1 dengan kapasitas 150 Gbps akan menghadirkan layanan internet di 50.000 titik fasilitas publik.

Kecepatan internet di setiap titik layanan publik itu diproyeksikan mencapai 4 Mbps, kecepatan tersebut naik dari perhitungan awal di 2018 saat proyek SATRIA-1 dirintis yang mengusung kecepatan 1 Mbps untuk setiap titiknya.

Baca juga: PSN pastikan infrastruktur beroperasi jelang peluncuran Satelit Satria

Baca juga: PSN, BAKTI, dan Dubes RI untuk Prancis tinjau kesiapan Satelit SATRIA

Baca juga: Satria bagian dari solusi "blank spot" di wilayah 3T Papua

Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2023