Prabowo menjelaskan rencana pembelian pesawat tempur Mirage 2000-9 bekas Angkatan Udara UAE untuk memastikan kesiapan tempur TNI AU dan pertahanan udara Indonesia saat beberapa pesawat tempur TNI AU menjalani masa peremajaan dan perbaikan.
“Emirates (UAE) juga punya Mirage, jenisnya Mirage 2000-9. Ini kami akan segera kirim tim negosiasi. Dan, ini juga kami negosiasi, karena kami harus yakinkan mereka bersedia (pesawat tempurnya) kami akuisisi,” kata Prabowo Subianto saat jumpa pers di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Senin.
Prabowo optimistis Indonesia dapat membeli pesawat tempur buatan Dassault Aviation dari Prancis itu, karena hubungan baik Indonesia dan Uni Emirat Arab.
“Sekarang ini agak rebutan karena banyak negara lagi butuh. Ya kita Alhamdulilah (punya) hubungan baik dengan Timur Tengah, sama Qatar, sama Emirates (UAE). Jadi kita didahulukan,” kata Prabowo.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertahanan saat ini dalam tahap membeli 12 unit Mirage 2000-5 beserta perangkat pendukungnya dari Qatar dalam Kontrak Jual Beli Nomor: TRAK/181/PLN/I/2023/AU yang diteken pada 31 Januari 2023. 12 unit pesawat itu merupakan pesawat tempur bekas dari Angkatan Udara Qatar.
Rencananya, 12 pesawat tempur Mirage 2000-5 yang dibeli dari Qatar akan dikirim ke Indonesia 24 bulan setelah kontrak efektif. Pesawat-pesawat itu bakal memperkuat Skadron Udara 1 Lanud Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat.
“Itu paling lama (24 bulan). Kami harapkan (bisa terkirim) lebih cepat,” kata Menhan RI.
Beberapa pesawat tempur TNI AU, seperti F-5 Tiger, SU-27/30, Hawk 100/200, dan F-16, dalam proses peremajaan (upgrade/refurbish) dan perbaikan (overhaul/repair) sehingga TNI Angkatan Udara membutuhkan pesawat tempur yang siap pakai selama periode perbaikan beberapa pesawat tersebut.
“Pembelian Mirage ini adalah sebagai, pertama suatu interim solution (solusi sementara, red.). Jadi pesawat-pesawat kita yang sekarang ada sudah sangat tua dan dalam keadaan perlu refurbishment yang cukup besar,” kata Menhan RI.
Dia menjelaskan proses peremajaan itu membutuhkan waktu paling cepat sekitar 18 bulan.
Kementerian Pertahanan RI, pada waktu yang sama, juga membeli beberapa pesawat tempur baru, yaitu Dassault Rafale yang juga dibuat oleh Dassault Aviation, dan F-15 Super Eagle.
Namun, tiga unit pesawat baru Dassault Rafale dijadwalkan tiba di Tanah Air dalam waktu 36 bulan atau 3 tahun ke depan. Sementara itu, proses pembelian F-15 Super Eagle masih dalam tahap pembahasan surat penawaran (letter of offer and acceptance) dari Pemerintah Amerika Serikat, mengingat F-15 dibeli dengan skema foreign military sales (FMS).
“Pesawat baru yang sudah kita tanda tangan kontrak, terutama Rafale dari Prancis itu paling cepat adalah yang pertama datang itu 36 bulan, 3 tahun, dan selesainya itu kira-kira rata-rata 60 bulan. Jadi baru bisa operasional mungkin 60 bulan atau 5 tahun,” kata Prabowo.
Dengan demikian, dalam periode waktu itu terutama sampai tiga tahun ke depan, TNI AU membutuhkan pesawat-pesawat tempur untuk menjaga pertahanan udara Indonesia.
“Jadi, sekarang sampai tiga tahun ke depan kita perlu pesawat tempur sebagai suatu pertahanan bagi negara yang begini besar, dan begini kaya. Negara kita sebesar Eropa, jadi luas kita sangat luas. Bayangkan suatu negara yang sebesar kita dan seluas kita tidak punya pesawat tempur yang operasional,” kata Menhan RI.
Baca juga: Menhan: Pembelian Mirage 2000-5 penyesuaian menuju Rafale
Baca juga: Pengamat nilai pembelian alutsista strategi tepat kuatkan pertahanan
Baca juga: Kemhan: Pembelian Mirage 2000-5 untuk kesiapan tempur TNI AU
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2023