PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) mengingatkan masyarakat untuk memperhatikan faktor risiko infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) di Indonesia yang belakangan ini sering kali dibahas di media sosial.
Medical Dept. PT Kalbe Farma Tbk, dr. Johan Indra Lukito, dalam siaran pers, Selasa, menjelaskan penyakit infeksi yang disebabkan oleh HIV ini menyerang dengan cara melemahkan sistem imun tubuh manusia sehingga seiring waktu manusia tersebut akan semakin rentan terinfeksi berbagai macam penyakit virus, bakteri, maupun kuman lainnya.
Tidak hanya infeksi, Johan juga mengatakan infeksi yang disebabkan HIV juga bisa menyebabkan kanker.
“Proses penyebaran HIV sendiri terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh yang mengandung virus ini, terutama darah, cairan yang berasal dari alat kelamin dan dubur, melalui ASI (Air Susu Ibu), serta dapat ditularkan oleh ibu penderita HIV ke anak yang dikandungnya,” kata Johan.
Baca juga: Lima cara hidup dengan keluarga positif HIV
Virus HIV di dalam cairan dapat masuk ke dalam tubuh kemudian berkembang biak menjadi semakin banyak.
Proses itu biasanya memerlukan waktu selama satu sampai tiga bulan, hingga tiba pada satu waktu di mana jumlah virus HIV sudah sangat banyak dan tubuh untuk pertama kalinya membentuk antibodi terhadap virus HIV. Pada tahap itu sudah terjadi infeksi HIV.
Penyakit itu dapat menginfeksi semua kalangan, terutama yang berisiko tinggi terpapar virus HIV, seperti pada penggunaan jarum suntik bekas pakai penderita HIV.
Virus dapat bertahan sekitar tujuh hari di dalam darah yang berada di dalam jarum suntik. Jika dibekukan atau didinginkan, virus bisa bertahan selama 42 hari.
Gejala yang pertama kali muncul mirip seperti flu, demam, tidak enak badan, lalu akan hilang dengan sendirinya. Namun, seiring berjalannya waktu, virus terus berkembang biak dan semakin melemahkan imun tubuh.
Baca juga: Kemenkes: Hilangkan stigma negatif penderita PMS
Walaupun HIV belum bisa disembuhkan, namun, pengobatan berupa minum obat antiretroviral secara rutin seumur hidup dapat memulihkan imun tubuh sehingga pasien HIV mampu memiliki kualitas hidup yang tidak jauh berbeda dengan orang yang tidak menderita HIV.
Selain itu, pengobatan antiretroviral juga bisa menekan jumlah virus HIV di dalam tubuh sampai ke tahap tidak menularkan HIV lagi.
Johan menjelaskan pengobatan antiretroviral juga bisa dijadikan sebagai pencegahan. Pertama, pencegahan pada orang yang mungkin sudah terpapar atau berisiko tinggi terpapar, baik sengaja maupun tidak sengaja, misalnya perawat yang tidak sengaja tersuntik jarum bekas pasien HIV, atau orang yang mendapat transfusi darah yang mengandung virus HIV.
"Dalam hal ini pengobatan antiretroviral sedini mungkin bisa mencegah mereka dari terinfeksi HIV,” ujar Johan.
Kedua, untuk ibu hamil yang terinfeksi HIV, pengobatan antiretroviral selain bermanfaat untuk ibu, juga dapat mencegah terjadinya penularan dari ibu ke bayi yang dikandung.
Cara mendeteksi dan pengobatan HIV kini telah mengalami kemajuan yang signifikan. Pemerintah juga telah memberikan dukungan terkait pembiayaan pemeriksaan dan pengobatan.
“Saat ini tes deteksi HIV dapat dilakukan dengan cara yang mudah, serupa seperti tes deteksi Covid-19, seperti rapid test antigen atau antibodi, bisa dilakukan di rumah sakit bahkan juga di Puskesmas. Tes ini juga bisa ditanggung oleh BPJS,” kata Johan.
Baca juga: Dinkes DKI dan swasta perkuat layanan untuk ODHIV lewat Jak-Anter
Baca juga: Kemenkes: 11.000 fasyankes di Indonesia mampu skrining HIV
Baca juga: Kemenkes dorong partisipasi aktif masyarakat untuk skrining HIV/AIDS
Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023