"Kalau kita berpikir soal budaya, maka harus kita susun dan bangun dalam satu visi yang menyangkut dengan ekonomi dan politik supaya produktif," katanya saat membuka Peringatan Hari Lahir Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi) NU di Teater H. Usmar Ismail di Jakarta, Kamis.
Pria yang akrab disapa Gus Yahya ini, mengatakan gagasan mengenai kebudayaan tidak akan membuahkan apapun tanpa adanya konsolidasi ekonomi dan politik.
Dia menyebutkan jika gagasan kebudayaan tidak dibarengi dengan konsolidasi ekonomi maka hanya akan menghasilkan kebudayaan yang disetir oleh ekonomi.
Baca juga: Lesbumi NU rayakan Hari Lahir ke-63
Baca juga: Lesbumi NU rayakan Hari Lahir ke-63
Begitu pula dengan konsolidasi politik, katanya, jika gagasan kebudayaan tidak dibarengi dengan konsolidasi politik maka dapat menimbulkan situasi tidak kondusif.
"Seperti halnya Mao Zedong di Cina, juga Pol Pot di Kamboja, kebudayaan dipaksa hingga menimbulkan korban jiwa," ujarnya.
Dia mengungkapkan adanya peradaban yang tersohor, seperti Mesir kuno dan Romawi kuno, bukti bahwa jika gagasan kebudayaan dibarengi dengan konsolidasi ekonomi dan politik yang baik.
Maka dari itu, dia menegaskan bahwa gagasan kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam juga harus dibarengi dengan konsolidasi ekonomi dan politik yang baik agar tidak terpecah belah.
"Kita ini selalu bergulat dalam peraturan untuk menemukan peradaban, karena banyak budaya tidak dipahami satu sama lain," tuturnya.
Gus Yahya mengajak seluruh pihak yang terkait untuk bersama-sama menentukan arah dari budaya yang diwariskan oleh leluhur Bangsa Indonesia.
Dia juga mengajak generasi muda melakukan pembaruan dengan tetap memperhatikan kontinuitas dengan budaya asli agar tidak punah.
Baca juga: PBNU: Generasi muda pahami cegah penyebaran narasi keagamaan keliru
Baca juga: Lesbumi-LTNU PBNU gelar Pameran Komite Hijaz
Baca juga: NU bangkitkan ingatan warisan peradaban masyarakat Indo-Pasifik
Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2023