"Ibu hamil, anak-anak, orang tua, dan pekerja luar ruangan adalah empat populasi yang berisiko (terdampak polusi udara)," kata Agus Dwi Susanto dalam webinar bertajuk "Dampak Polusi Udara pada Kesehatan", di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, dampak kesehatan yang bisa muncul akibat polusi udara, ada yang sifatnya akut (beberapa jam hingga beberapa hari), maupun sifatnya kronik (bisa beberapa bulan hingga tahunan).
Agus Dwi Susanto menjelaskan polusi udara mengandung gas dan partikel.
Lebih lanjut dikatakannya, Particulate Matter (PM2.5) berbahaya bagi tubuh karena bisa masuk ke dalam paru-paru.
PM2.5 yang ditemukan dalam polutan adalah partikel udara yang berukuran lebih kecil atau sama dengan 2,5 mikrometer.
"Partikel-partikel halus yang namanya particulate matter yang terkandung dalam polutan ukurannya sangat kecil sekali dan ini bila masuk ke dalam paru dapat menimbulkan berbagai keluhan," katanya.
Menurut dr. Agus, komponen-komponen gas dan partikel yang dihirup dapat mengakibatkan dampak akut, seperti terjadi iritasi, yang kemudian berlanjut menjadi peradangan, yang selanjutnya menyebabkan berbagai penyakit seperti infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), kemudian terjadi serangan asma, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
Dikatakannya, masalah kesehatan ini bisa muncul jika seseorang menghirup partikel dan gas tersebut secara terus menerus, sehingga sifatnya akumulasi.
"Jadi kalau tiap hari kita hirup (polusi udara) kemudian mengakibatkan masalah kesehatan," kata dr. Agus.
Baca juga: Guru besar UI: Tutup ventilasi rumah minimalisir dampak polusi udara
Baca juga: Kemenhub sebut uji emisi salah satu upaya atasi polusi udara
Baca juga: Pemerintah siaga hadapi dampak polusi udara terhadap kesehatan
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2023