• Beranda
  • Berita
  • Fenomena El Nino bertahan sampai pertengahan tahun 2024

Fenomena El Nino bertahan sampai pertengahan tahun 2024

7 September 2023 16:46 WIB
Fenomena El Nino bertahan sampai pertengahan tahun 2024
Ilustrasi - Musim kemarau panjang akibat fenomena El Nino membuat areal persawahan milik petani di Kelurahan Talang Benih, Kabupaten Rejang Lebong yang mulai mengalami kekeringan, Selasa (5/9/2023). ANTARA/Nur Muhamad

El Nino punya durasi panjang antara sembilan hingga 12 bulan

Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Eddy Hermawan menyampaikan fenomena El Nino diprediksi bertahan sampai pertengahan tahun depan.
 
"El Nino mencapai nilai di bawah 0,5 derajat Celsius sekitar Mei 2024," ujarnya saat dihubungi di Jakarta, Kamis.
 
Eddy menjelaskan El Nino adalah fenomena global yang terjadi hampir di seluruh negara yang terletak pada garis ekuator, salah satunya Indonesia.
 
El Nino disebabkan oleh meningkatnya suhu perairan yang berada di Samudera Pasifik terutama bagian tengah. Suhu permukaan laut merangkak naik di atas 0,5 derajat Celsius sekitar Mei 2023 dan mencapai puncak antara November atau Desember 2023.
 
Ketika El Nino sudah mencapai puncak, maka El Nino akan meluruh kembali sekitar Mei 2024.
 
"Bila melihat catatan sebelumnya, El Nino punya durasi panjang antara sembilan hingga 12 bulan. Jadi, fenomena ini adalah wajar," kata Eddy.

Baca juga: Peneliti BRIN serukan penghematan air besar-besaran
Baca juga: KLHK catat jumlah titik panas meningkat signifikan
 
Lebih lanjut dia mengungkapkan bahwa sebelum El Nino tahun ini terjadi sudah ada La Nina yang berlangsung sekitar 30 bulan terhitung sejak Agustus 2020 hingga akhir Januari 2023.
 
Kala itu musim kemarau yang terjadi di Indonesia cenderung basah karena efek La Nina. Hujan sering turun bahkan saat musim kering.
 
Namun, El Nino yang sekarang terjadi justru kebalikan dari La Nina yang membuat musim hujan pada Desember, Januari, dan Februari cenderung lebih kering. Kondisi membuat musim kemarau terasa lebih panjang yang seharusnya hanya sekitar tiga bulan menjadi sembilan bulan.
 
"Nanti Desember, Januari, dan Februari mestinya kita musim hujan, tetapi karena ada El Nino kita mengalami musim kemarau. Bisa dikatakan hujan hanya rintik-rintik saja atau hanya berlangsung selama satu hingga dua hari saja," terang Eddy.
 
Lebih lanjut Eddy menyerukan penghematan air secara besar-besaran, mengganti tanaman padi menjadi palawija sebagai bentuk mitigasi menghadapi musim kemarau panjang akibat fenomena El Nino.

Baca juga: DPR usul ada insentif bagi petani yang gagal panen akibat kemarau
Baca juga: El Nino berpotensi turunkan produksi 5 persen, NFA pastikan stok cukup
Baca juga: BMKG sebut sejumlah wilayah di Indonesia harus waspada cuaca ekstrem

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2023