Yen melonjak di sesi Asia pada Senin sore, setelah pernyataan Gubernur Bank Sentral Jepang (BoJ) Kazuo Ueda memicu harapan bahwa Jepang dapat segera memulai era baru untuk menjauhi suku bunga negatif, sementara dolar merosot menjelang pembacaan inflasi utama AS minggu ini.Tampaknya komentar Ueda dimaksudkan untuk menghentikan penurunan yen terhadap dolar,
Mata uang Jepang menguat lebih dari 1,0 persen hingga menyentuh level tertinggi dalam satu minggu di 145,99 per dolar, didorong oleh komentar akhir pekan dari Ueda bahwa bank sentral dapat mengakhiri kebijakan suku bunga negatifnya ketika pencapaian target inflasi 2,0 persen sudah di depan mata.
Ueda mengatakan kepada surat kabar Yomiuri dalam sebuah wawancara bahwa BoJ mungkin memiliki cukup data pada akhir tahun untuk menentukan apakah mereka dapat mengakhiri suku bunga negatif.
Yen berada di bawah tekanan besar terhadap dolar sebagai akibat dari meningkatnya perbedaan suku bunga dengan Amerika Serikat sejak Federal Reserve memulai siklus kenaikan suku bunga yang agresif tahun lalu sementara BoJ masih bersikap dovish.
"Tampaknya komentar Ueda dimaksudkan untuk menghentikan penurunan yen terhadap dolar," kata Takehiko Masuzawa, kepala perdagangan Phillip Securities Jepang. “Komentarnya hampir sama dengan intervensi pemerintah.”
Sejak yen melemah melewati ambang batas utama 145 per dolar bulan lalu, para pedagang telah waspada terhadap tanda-tanda intervensi dari Jepang untuk menopang mata uang tersebut. Setahun yang lalu, level tersebut telah mendorong intervensi pembelian yen pertama oleh pihak berwenang sejak 1998.
Di pasar mata uang yang lebih luas, greenback jatuh menjelang data inflasi AS yang akan dirilis pada Rabu (13/9/2023), dengan para pedagang menantikan apakah ekonomi terbesar di dunia ini memang berada di jalur yang tepat untuk melakukan "soft landing", dan apakah The Fed harus melanjutkan kenaikan suku bunganya.
Sterling melonjak hampir 0,5 persen terhadap dolar menjadi 1,2523 dolar, menjauhkan dirinya dari level terendah tiga bulan yang dicapai minggu lalu.
Euro juga naik 0,36 persen menjadi 1,0738 dolar, setelah mengakhiri Jumat (8/9) dengan penurunan delapan minggu berturut-turut.
Indeks dolar, yang menutup pekan lalu dengan kenaikan delapan minggu berturut-turut, turun 0,31 persen menjadi 104,53.
Christopher Wong, ahli strategi mata uang di OCBC, mengaitkan penurunan dolar dengan para pedagang yang "meringankan" posisi beli dolar mereka menjelang laporan inflasi.
Greenback, bersama dengan imbal hasil obligasi pemerintah AS, telah melonjak minggu lalu setelah serangkaian data ekonomi yang kuat menambah spekulasi bahwa kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh The Fed mungkin akan segera terjadi.
“Perekonomian global secara keseluruhan tidak mengalami booming, namun juga tidak berada di ambang resesi, dan AS tampaknya menjadi yang terbaik di antara negara-negara besar lainnya,” kata Alvin Tan, kepala strategi valas Asia di RBC Capital Markets.
Di Asia, yuan dalam negeri menjauh dari level terendah 16 tahun pada Jumat (8/9) setelah bank sentral China pada Senin menetapkan panduan kurs tengah harian dengan bias terkuat yang pernah tercatat, menandakan meningkatnya ketidaknyamanan terhadap pelemahan mata uang baru-baru ini.
Terakhir, mata uang China naik hampir 1,0 persen menjadi 7,2766 per dolar, sementara di pasar luar negeri juga melonjak sekitar 1,0 persen menjadi 7,2956 per dolar.
Harga konsumen China kembali ke wilayah positif pada Agustus sementara penurunan harga di tingkat pabrik melambat, data pada akhir pekan menunjukkan, mengindikasikan berkurangnya tekanan deflasi di tengah tanda-tanda stabilisasi perekonomian.
“Secara historis, kita tidak melihat inflasi China mencetak angka negatif dalam waktu lama, meskipun saya pikir kita mungkin setidaknya mendapatkan beberapa angka deflasi lebih banyak daripada angka yang ada,” kata Matt Simpson, analis pasar senior di City Index.
Data terpisah pada Senin menunjukkan bahwa bank-bank China memberikan pinjaman baru sebesar 1,36 triliun yuan (186,18 miliar dolar AS) pada Agustus, naik tajam dari Juli dan mengalahkan ekspektasi para analis.
Terhadap melemahnya dolar AS, dolar Australia dan dolar Selandia Baru termasuk di antara penerima manfaat terbesar, masing-masing menguat mendekati 1,0 persen dan mencapai level tertinggi dalam satu minggu. Dolar Australia melonjak 0,95 persen menjadi 0,6439 dolar AS, sedangkan Kiwi naik 0,79 persen menjadi 0,5930 dolar AS.
Baca juga: Dolar AS menguat di jalur kenaikan mingguan terpanjang sejak 2014
Baca juga: Dolar bersinar di awal Asia, sementara yen jatuh ke terendah 10 bulan
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2023