Sang penulis buku, Sugiat Santoso, menjelaskan buku itu ditulis karena dia ingin memperlihatkan sisi lain dari Prabowo Subianto, karena menurut dia selama ini sosok Prabowo lebih banyak dihubungkan dengan Tragedi Kerusuhan 1998.
"Inilah sosok Pak Prabowo, yang sering disalahartikan, dan (dilekatkan) pada episode (kerusuhan tahun) 1998," kata Sugiat, yang juga Dewan Penasihat Kolaborasi Relawan Patriot Indonesia (Kopi), pada acara peluncuran buku biografi tersebut di Jakarta, Senin.
Dalam buku setebal 212 halaman yang terbagi dalam lima bab itu, Sugiat menceritakan rangkaian hidup Prabowo sejak lahir, keluarga, masa-masa dia menjadi prajurit, sampai akhirnya masuk ke dunia politik.
Baca juga: Yenny: Banyak Kiai NU punya simpati besar pada Prabowo
Dalam buku biografi itu, penulis mengungkap kehidupan Prabowo yang dianggap dekat dengan para pejuang.
Nama belakang Prabowo, yakni "Subianto", merujuk pada nama pamannya, Kapten Anumerta Soebianto Djojohadikusumo, yang gugur saat berjuang mempertahankan kemerdekaan RI dalam Pertempuran Lengkong pada tanggal 25 Januari 1946.
"Dalam Pertempuran Lengkong, dua paman Prabowo terlibat pertempuran, yaitu Letnan Satu Soebianto Djojohadikusumo dan Kadet Soejono Djojohadikusumo," tulis Sugiat dalam bukunya.
Kemudian, ayah Prabowo, Soemitro Djojohadikusumo, saat itu berharap Prabowo dapat memiliki jiwa pejuang seperti pamannya.
Baca juga: Prabowo Subianto belum sebutkan sosok bakal cawapresnya
Oleh karena itu, Prabowo pun lebih memilih masuk Akademi Militer Nusantara dan Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI), meskipun dia saat itu telah diterima di dua kampus ternama di Amerika Serikat, yakni University of Colorado dan George Washington University.
Dalam buku itu pula, penulis juga menyoroti kedekatan Prabowo dengan aktivis 1966, Soe Hok Gie. Meskipun Prabowo berusia lebih muda sembilang tahun daripada Gie, keduanya menjalin persahabatan dan menjadi mitra untuk saling bertukar pikiran.
"Ini bukan karena Prabowo adalah anak Soemitro. Ini karena Prabowo sosok yang dianggap Gie sebagai intelektual muda yang memiliki gagasan dan inovasi yang bisa memajukan Indonesia di masa depan," ujar Sugiat Santoso dalam buku biografi itu.
Baca juga: Relawan Milenial Ganjar di Jatim alihkan dukungan ke Prabowo
Sementara itu, Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Habiburokhman, saat memberikan sambutannya, menyambut baik terbitnya buku biografi itu. Dia menyampaikan sebagaimana judul buku itu, momentum persatuan harus selalu dipertahankan.
"Saya pikir momentum ini terus kita pertahankan, momentum persatuan bangsa," kata Habiburokhman.
Dia juga menyinggung poster-poster yang menampilkan foto Prabowo bersama Presiden Joko Widodo. Habiburokhman menyampaikan itu murni lahir dari kreativitas para relawan yang mendambakan persatuan.
"Itu iconic sekali. Persatuan dua rival yang berseteru sangat ketat, sangat panas; tetapi bisa bersatu dan menghasilkan kinerja yang luar biasa," ujar Habiburokhman.
Baca juga: Gerindra tegaskan kepemimpinan Prabowo tak mengancam kekuatan politik
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2023