Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Harto Wardoyo mengatakan, strategi penurunan prevalensi stunting harus menghadang persoalan di hulu, yaitu mempersiapkan kehamilan lebih baik.
"Harapan saya itu segera dihadang di hulu. Jadi semua yang mau nikah, yang mau hamil itu diselamatkan dulu, misalnya kita tahu sekarang ini remaja putri yang anemia kan ada 20 persen, jadi atasi dulu itu," katanya usai pengukuhan duta Bunda Anak Angkat Stunting (BAAS) di Makodam Siliwangi Bandung, Kamis (14/9) malam.
Baca juga: Kepala BKKBN tekankan pentingnya jaga angka kehamilan tidak diinginkan
Baca juga: Kepala BKKBN tekankan pentingnya jaga angka kehamilan tidak diinginkan
Ia juga mencontohkan, yang menjadi tantangan di Jawa Barat adalah bagaimana menekan angka pernikahan dini dan unwanted pregnancy (kehamilan yang tidak dikehendaki).
"Orang yang sudah hamil kemudian melahirkan usia 15 sampai 19 tahun itu menjadi tantangan sekarang ini yang perlu kita fokuskan. Kita ingin strategi sedikit ke hulu," katanya.
Baca juga: Dokter sarankan ibu hamil risiko tinggi melakukan skrining NIPT
Baca juga: Dokter sarankan ibu hamil risiko tinggi melakukan skrining NIPT
Menurut Hasto, kalau di Jawa Barat itu misalkan setahun itu yang melahirkan 800 ribu maka yang nikah itu sekitar 400 ribu. "Harapan saya orang yang nikah 400 ribu itu akan melahirkan di tahun pertama sekitar 300 ribu dan ini yang harus dihadang dengan berbagai program," katanya.
Pada bagian lain, Hasto juga mengungkapkan, saat ini ada tantangan baru untuk mengatasi stunting yaitu pernikahan delay (menunda pernikahan) sehingga jangan sampai terjebak pada pernikahan terlalu dini ini.
"Saat ini perempuan-perempuan di kota cenderung ikut pernikahan delay. Sedangkan kalau nikah di atas 35 sudah nggak bagus. Karena perempuan dan laki-laki di atas 35 itu sudah mulai menua. Sehingga kalau melahirkan, kemungkinan terjadinya kelainan pada anak lebih besar," katanya.
Baca juga: Orang tua perlu dalam kondisi sehat saat rencanakan kehamilan
Baca juga: Orang tua perlu dalam kondisi sehat saat rencanakan kehamilan
Hasto mengapresiasi, gerakan percepatan penurunan stunting di Jawa Barat yang melibatkan stakeholder dan semua elemen masyarakat sehingga menjadi lebih inklusif.
"Kita optimis ya karena Jawa Barat gerakannya luar biasa. Kita juga didukung oleh NGO seperti INEY (Investing Nutrision and Early Year), negara-negara lain juga mendukung di Jawa Barat. Harapan saya di akhir tahun ini, Jawa Barat angka prevalensi stuntingnya mencapai 17 persen," katanya.
Baca juga: Sensitif beri edukasi pernikahan dan kehamilan lewat "Positif Journey"
Baca juga: Sensitif beri edukasi pernikahan dan kehamilan lewat "Positif Journey"
Sebelumnya Hasto Wardoyo mengukuhkan Ketua Umum Persatuan Istri Tentara (Persit) Kartika Chandra Kirana Rahma Dudung Abdurachman sebagai Duta Bunda Asuh Anak Stunting (BAAS).
Didampingi Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD) Jenderal TNI Dr. H.Dudung Abdurachman, SE, MM, Rahma menerima songket dan piagam pengukuhan di Mako I KODAM III/Siliwangi, Bandung.
"Pengukuhan Bunda Anak Asuh Stunting malam ini yang dihadiri banyak ulama, tokoh masyarakat dan budayawan akan semakin inklusif upaya mempercepat penurunan stunting, semua akan melibatkan diri," katanya.
Baca juga: Kepala BKKBN: Perhatikan masa kehamilan untuk cegah anak stunting
Baca juga: Kepala BKKBN: Perhatikan masa kehamilan untuk cegah anak stunting
Pada acara yang dikemas bertema "Wawangi Wangsit Siliwangi" itu juga dilakukan Penobatan Kasad sebagai Bapak Asuh Budaya Jabar dan Banten, penyerahan wangsit Siliwangi serta deklarasi kebangsaan oleh mantan anggota NII.
Sejumlah pentas seni Sunda ditampilkan hampir selama tiga jam mulai dari angklung Saung Ujo, tari Jaipong, atraksi Raja Dogar (Domba Garut), dan lagu-lagu Sunda populer oleh Kang Sule.
Pewarta: Budhi Santoso
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2023