Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi meluncurkan buku berjudul "Bangkit Lebih Kuat: Studi Kesenjangan Pembelajaran" yang berisi perjalanan transformasi pendidikan Indonesia sejak COVID-19 hingga sekarang melalui program Merdeka Belajar.Buku ini merupakan hasil kerja sama antara BSKAP Kemendikbudristek dengan Program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) yang merupakan kemitraan antara pemerintah Australia dan Indonesia
“Sejak awal Merdeka Belajar memang dirancang sebagai gerakan sehingga semua lapisan masyarakat terlibat dalam transformasi sistem pendidikan,” kata Mendikbudristek Nadiem Makarim di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan buku ini merupakan hasil kerja sama antara BSKAP Kemendikbudristek dengan Program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) yang merupakan kemitraan antara pemerintah Australia dan Indonesia.
Program INOVASI menemukan indikasi pemulihan pembelajaran atau learning recovery di Indonesia pasca COVID-19 yang bahkan juga mendukung peningkatan mutu pendidikan dasar khususnya bidang literasi dan numerasi sejak 2016.
Dalam menjalankan kiprahnya, INOVASI menggandeng empat provinsi mitra yang meliputi Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan Utara.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan sepanjang tahun 2020–2023, katanya, Indonesia dinilai telah membuat kemajuan dalam proses transformasi pembelajaran setelah mengalami krisis pembelajaran akibat pandemi COVID-19.
Hasil studi bersama yang dilakukan Kemendikbudristek dan INOVASI selama tiga tahun terakhir menemukan fakta bahwa Kurikulum Merdeka berhasil mendorong terjadinya pemulihan pembelajaran setara dua bulan pembelajaran.
Hal tersebut dikarenakan karakteristik utama Kurikulum Merdeka yang mengedepankan pembelajaran yang menjawab kebutuhan setiap siswa.
Selain itu, keunggulan dari Kurikulum Merdeka adalah metode pembelajaran yang holistik, meliputi asesmen diagnostik, pembelajaran berdiferensiasi, dan penyederhanaan konten dengan tujuan pada kemampuan dasar esensial seperti literasi dan numerasi.
Temuan tersebut pun dipublikasikan dalam buku Bangkit Lebih Kuat: Studi Kesenjangan Pembelajaran yang diapresiasi oleh Mendikbudristek Nadiem karena merupakan bentuk gotong royong dalam membingkai keberhasilan Merdeka Belajar.
Kepala BSKAP Anindito Aditomo menjelaskan terdapat indikasi penurunan hasil belajar peserta didik setelah satu tahun pandemi COVID-19 yakni setara pembelajaran enam bulan untuk literasi, dan lima bulan untuk numerasi.
Berbagai terobosan Merdeka Belajar yang salah satunya adalah Kurikulum Merdeka hadir sebagai jawaban atas persoalan itu karena sifatnya yang lebih fleksibel dan berfokus pada kemampuan esensial sehingga berdampak positif pada capaian belajar murid.
Oleh sebab itu, buku ini merangkum hasil kajian yang tidak hanya memperkaya pengetahuan tetapi juga relevan bagi Kemendikbudristek dalam mengambil kebijakan terkait transformasi pendidikan.
Menurut dia buku tersebut adalah salah satu dari sedikit kajian yang bisa melihat secara longitudinal dampak pandemi serta upaya pemulihannya terutama dalam bidang pendidikan melalui esensi dari Merdeka Belajar.
“Buku ini istimewa karena menyajikan hasil pembelajaran sebelum dan sesudah pandemi,” kata anindito Aditomo.
Wakil Duta Besar Australia untuk Indonesia Stephen Scott mengaku senang dapat bekerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.
“Pemerintah Australia berkomitmen untuk mendukung upaya pemerintah Indonesia untuk memastikan bahwa semua anak Indonesia memiliki akses ke pendidikan yang berkualitas,” katanya.
Baca juga: Kemendikbudristek : Kurikulum darurat kurangi dampak "learning loss"
Baca juga: Kemendikbudristek : Pandemi hadirkan peluang kembalikan kearifan lokal
Baca juga: Penuntasan buta aksara terkendala pandemi COVID-19
Baca juga: Kemendikbudristek ungkap kondisi pendidikan Indonesia saat pandemi
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2023