“Sebagai perhatian serius juga, selain berkorelasi terhadap penurunan stunting, penggunaan kontrasepsi juga berkorelasi positif mencegah autisme. Tentu kita tidak ingin, meskipun tidak stunting, tapi autis atau punya gangguan mental dan emosional, seperti itu,” ujar Hasto di Jakarta, Selasa.
Untuk itu, ia mengajak seluruh pasangan pascapersalinan untuk menggunakan kontrasepsi sebagai jalan untuk mengatur jarak kelahiran.
Baca juga: BKKBN targetkan 1,6 juta akseptor KB peringati Hari Kontrasepsi Dunia
“Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengamanatkan jarak kehamilan 36 bulan, sehingga regulasi yang ada sudah sangat bagus, jawabannya tinggal satu, semua yang pascapersalinan mestinya berkontrasepsi,” ucapnya.
Menurutnya, pemerintah masih memiliki tugas untuk menurunkan angka kelahiran yang tidak diinginkan atau unmet need, mengingat persentase ibu yang baru melahirkan dan segera berkontrasepsi masih sedikit.
“Ada 4,8 juta yang melahirkan setiap tahun, dan kita tengarai yang bersedia segera kontrasepsi baru sekitar 29 persen. Ini menjadi tantangan kita bersama untuk unmet need ya,” kata dia.
Dokter spesialis kandungan ini menegaskan jarak kehamilan, waktu menyusui, hingga tumbuh kembang seorang anak juga telah diatur dalam kitab suci.
“Jarak kehamilan direkomendasikan dalam kitab 30 bulan, menyusui diperintahkan sempurna sampai 24 bulan, ubun-ubun ditutup 24 bulan atau 1000 hari, ini sangat berkorelasi, sehingga aturan yang sudah kita buat itu sudah sesuai (dengan ajaran agama),” paparnya.
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kontrasepsi, BKKBN juga mengajak seluruh jajaran Tentara Nasional Indonesia (TNI) beserta jajaran fasilitas kesehatan di seluruh Indonesia untuk bahu-membahu dan terus berkolaborasi.
“Upaya kita terus berkolaborasi dengan multipihak untuk mempertahankan kepesertaan kontrasepsi, termasuk dengan jajaran TNI. Meskipun prevalensi kontrasepsi modern belum melebihi 60 persen dan pemakaian kontrasepsi jangka panjang masih belum sesuai harapan, ada satu hal yang kita catat, angka kesuburan total menurut Badan Pusat Statistik sudah mencapai target, yakni 2,18,” ucap dia.
Baca juga: Hari Kontrasepsi Sedunia, BKKBN gelar KB gratis di desa terpencil
Baca juga: Kepala BKKBN: Peningkatan layanan kontrasepsi penting cegah stunting
Angka kesuburan total adalah rata-rata perempuan melahirkan seorang anak dalam masa reproduksinya. Angka 2,18 tersebut, berarti perempuan di Indonesia yang sudah menikah di usia subur melahirkan rata-rata dua orang anak.
Untuk itu, dengan capaian tersebut, Hasto berpesan agar seluruh pasangan di usia subur untuk segera menggunakan kontrasepsi pascapersalinan.
“Yang tingkat kesuburannya baik, tetapi tidak pakai kontrasepsi jadi percuma, akan berakibat pada kelahiran yang tidak diinginkan, sehingga prevalensi penggunaan kontrasepsi modern perlu terus kita tingkatkan sampai memenuhi target 60 persen, saat ini masih 59 persen,” kata Hasto Wardoyo.
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023