"Setelah screening di Toronto kemarin, ada beberapa email yang masuk memberi penawaran agar film bisa ditayangkan di beberapa festival seperti di Mesir atau Brasil. Ada juga pihak-pihak yang menawarkan film ini untuk diputar di bioskop-bioskop negara mereka. Bahkan, sudah ada pihak yang sempat menanyakan tentang pemegang hak distribusi di Eropa. Kami tentu bersyukur sekali," kata Wregas Bhanuteja saat ditemui usai sesi jumpa media perhelatan Jakarta Film Week 2023 di kawasan Jakarta Pusat, Selasa.
Wregas menjelaskan bahwa sejauh ini film "Budi Pekerti", yang menggunakan judul internasional "Andragogy", baru dipastikan akan hadir dalam gelaran festival budaya SXSW Sydney di Australia yang berlangsung pada 15-22 Oktober 2023.
"Baru SSXW Sydney yang diumumkan. Sementara ini, masih ada lima festival lain yang sudah memberikan kabar positif, namun, saat ini saya belum bisa menyebutkan nama festival tersebut. Itu akan saya sampaikan pada pertengahan Oktober nanti. Kalau untuk nonfestival, masih dalam tahap pendekatan," kata Wregas menambahkan.
Baca juga: Film "Budi Pekerti" dapat respons positif audiens di festival Toronto
Sutradara yang meraih Piala Citra lewat debut film panjang "Penyalin Cahaya" pada tahun 2021 itu juga mengatakan bahwa dia dan tim film "Budi Pekerti" beroleh wawasan yang lebih luas usai berpartisipasi dalam TIFF 2023 pada awal September lalu. Salah satu ilmu yang dia dapatkan adalah mengenai genre dunia film yang mengalami perkembangan pesat.
Selama ini, Wregas melanjutkan, dunia perfilman mengenal genre seperti western, sci-fi, horor, dan sebagainya. Tetapi, masyarakat film internasional seperti Hollywood, Eropa, dan Asia, saat ini sudah mulai menggunakan genre untuk menceritakan sesuatu hal yang filosofis dan penting.
"Saya merasa di Indonesia, genre film masih berdiri sendiri sebagai film komersial dan film estetika atau art yang filosofis, tidak menyatu. Padahal di luar sana, pembuat film sudah menggabungkan dua hal itu. Misalnya, kalau kita lihat film 'Parasite', kan, genre thriller komedi, namun, ada layer yang ngomongin soal perbedaan kelas, status, dan semua itu terangkum menjadi satu," dia menjelaskan.
Wregas menambahkan bahwa dia menemukan banyak film yang menerapkan konsep penyatuan semacam itu di ajang TIFF 2023.
"Jadi, saya rasa sudah nggak saatnya lagi kita membedakan antara film komersial dengan film art. Semuanya bisa nge-blend (bercampur) saja, selama kita tekun dalam menulis dan kreatif dalam membuatnya," kata Wregas menutup perbincangan.
Film "Budi Pekerti" produksi Rekata Studio dan Kaninga Pictures akan membuka Jakarta Film Week yang digelar pada 25-29 Oktober 2023. Film tersebut bercerita lewat drama intens yang dialami perempuan paruh baya, seorang ibu, seorang pengajar yang mengalami tekanan masyarakat dan menghadirkan sejumlah nama di antaranya Sha Ine Febriyanti, Angga Yunanda, Dwi Sasono, dan Prily Latuconsina.
Baca juga: Pemprov DKI berkomitmen dukung ekosistem film lewat Jakarta Film Week
Baca juga: "Penyalin Cahaya" borong 12 Piala Citra FFI 2021
Baca juga: Lima film pendek lokal jebolan festival tayang di Bioskop Online
Pewarta: Ahmad Faishal Adnan
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023