Menurutnya infrastruktur yang layak menjadi penyokong mobilitas serta mendorong pembangunan ekonomi Indonesia.
“Prasyarat yang dibutuhkan infrastruktur, ini musti ada. Indonesia negara maritim yang butuh konektivitas ekonomi, itu kuncinya mobilitas, mobilitas makin lancar ongkosnya makin murah, ekonomi efisien, profitnya bertambah,” kata Yustinus dalam seminar UangKita Talks di Universitas Hasanudin, dipantau secara virtual di Jakarta, Kamis.
MIT adalah mengacu pada negara-negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi sangat pesat hingga mencapai status negara pendapatan menengah, namun kemudian gagal mengatasi perlambatan ekonomi guna mengejar ekonomi yang setara dengan negara-negara maju.
Dalam 10 tahun terakhir, Indonesia tengah gencar membangun proyek-proyek infrastruktur guna menunjang kemajuan ekonomi dan mengejar ketertinggalan. Yustinus menilai dengan adanya infrastruktur yang memadai, biaya transportasi berbagai komoditas dapat ditekan sehingga persebaran ekonomi di Indonesia lebih merata.
"Kita ingin mengejar kemajuan infrastruktur, contohnya konektivitas jalan tol Trans Sumatera, dengan itu dibuat jarak antar kota bisa dipangkas agar distribusi bisa lebih murah," ujar Yustinus.
Oleh karena itu pembangunan infrastruktur terus menjadi strategi yang krusial bagi pemerintah agar mampu mencapai visi Indonesia Maju.
“Barang-barang (komoditas) bisa dijual dengan lebih cepat. Sekarang ini ongkos untuk mengimpor jeruk dari China lebih murah dibanding mengambil jeruk Pontianak ke Jakarta. Biaya untuk mengimpor sapi dari Australia lebih murah dibanding mengangkut sapi dari NTT-NTB ke Jakarta. Ini ironis sebenarnya,” tutur Yustinus.
Lebih lanjut, Yustinus juga menyoroti prasyarat lain agar mampu keluar dari MIT, yakni teknologi. Pemerintah akan melakukan pengayaan inovasi agar mendorong teknologi berperan dalam menjawab tantangan industri ke depan.
Prasyarat ketiga, pengelolaan tata ruang wilayah yang baik dan didukung oleh sistem yang integratif.
Prasyarat keempat, penguatan sumber daya manusia (SDM) melalui pendidikan dan riset, program kesehatan dan perlindungan sosial. Kelima, perbaikan kualitas pelayanan dan efisiensi proses bisnis diperlukan.
“Kemudian prasyarat kelima, sumber daya ekonomi dan keuangan melalui APBN yang sehat menjadi kunci kesuksesan target 2045,” pungkasnya.
Pada kesempatan terpisah, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut bahwa peningkatan daya saing dan produktivitas juga menjadi kunci penting untuk membuat Indonesia keluar dari MIT.
Menurut Menkeu, produktivitas dan daya saing tersebut terwujud dalam transaksi ekspor dan impor baik jasa maupun barang.
Baca juga: Jokowi tak mau Indonesia terjebak negara berpenghasilan menengah
Baca juga: Profesor ADB beberkan cara agar RI tak kena "middle income trap"
Baca juga: Kepala BRIN sebut riset dan inovasi kunci menjadi negara maju
Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023