• Beranda
  • Berita
  • BRIN: Anak-anak dan remaja termasuk kelompok rentan gangguan mental

BRIN: Anak-anak dan remaja termasuk kelompok rentan gangguan mental

10 Oktober 2023 15:24 WIB
BRIN: Anak-anak dan remaja termasuk kelompok rentan gangguan mental
Tiga orang anak tersenyum berpose saat difoto di Maluku Utara, Sabtu (15/10/2022). (ANTARA/Muzdaffar Fauzan)
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan anak-anak dan remaja termasuk dalam kelompok yang rentan terserang gangguan mental.

Menurut Kepala Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi Organisasi Riset Kesehatan BRIN Wahyu Pudji Nugraheni kecemasan, depresi, dan gangguan mental menjadi sejumlah contoh bentuk gangguan mental yang rentan diderita anak-anak dan remaja.

"Perubahan fisik dan hormon, tekanan akademis, serta masalah sosial dan identitas itu bisa mempengaruhi terhadap gangguan kesehatan mental mereka," kata Pudji di Jakarta, Selasa.

Pudji mengatakan secara keseluruhan kondisi mental seseorang dipengaruhi oleh genetik, lingkungan, sosial, ekonomi, serta kondisi biologisnya.

Selain anak-anak dan remaja, Pudji menyebut ada tujuh kelompok lain yang rentan terserang gangguan mental yakni individu dengan riwayat keluarga yang secara genetik punya gangguan mental, individu dengan penyakit kronis, serta seseorang dengan riwayat trauma dan pelecehan.

Kemudian individu dengan masalah keuangan dan sosial, individu dengan riwayat penyalahgunaan obat-obatan, kelompok minoritas, serta individu dengan stres kronis.

"Stres kronis ini bisa diakibatkan oleh tekanan pekerjaan yang berkepanjangan, konflik keluarga, dan perubahan hidup yang signifikan," katanya.

Baca juga: BRIN: Kesehatan mental pengaruhi kualitas hidup

​​​​​​​Pudji menambahkan keluarga berperan penting dalam pencegahan maupun pemulihan penderita gangguan mental.

Pasalnya dukungan emosional menjadi aspek penting lain dalam proses tersebut, terutama guna mengurangi stigma negatif bagi si penderita gangguan mental.

​​​​​​"Keluarga harus memberikan dukungan emosional, itu aspek terpenting dalam pemulihan. Itu mencakup bisa dengan bersabar, memberikan cinta kasih, dan menunjukkan kepedulian terhadap penderita," katanya.
​​​​
Selain itu ia mengatakan untuk memulihkan kondisi mental yang diderita, keluarga juga perlu mengajak penderita untuk mau dirawat oleh pihak profesional. Hal ini menurutnya bertujuan agar pengobatan yang diberikan lebih terukur.

"Orang yang sakit mental itu tidak perlu dibawa ke dukun, tapi harus diobati medis, karena memang harusnya seperti itu diobati secara profesional, karena medis itu terukur," kata Pudji.

Baca juga: Dokter Jiwa: Kesehatan mental pengaruhi pertumbuhan kognitif anak
Baca juga: Spesialis Jiwa: Kesehatan mental dan jiwa adalah hak setiap manusia
 
 
 
 
 
 
 
 

Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2023