"Kami juga meminta bantuan teman-teman dari BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional)," ujar Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kemenag Supriyadi di Magelang, Selasa.
Supriyadi menjelaskan pemasangan Chattra tersebut pihaknya terus berkoordinasi dengan instansi terkait, karena pengembangannya tidak serta-merta menjadi kewenangan dari Kemenag.
Menurutnya, Kemenag sudah berkirim surat kepada BRIN agar dibantu riset tentang rencana kebijakan pemasangan Chattra di puncak stupa Candi Borobudur.
"Karena ini bicara bangunan, bangunan warisan dunia harus melibatkan berbagai pihak, dan termasuk melibatkan mereka yang memiliki kepentingan di dalamnya," ujar dia.
Ia mengatakan pemasangan Chattra ini dibahas dalam rapat lima Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) pada 1 Juli 2023 yang dipimpin Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves).
Bagi umat Buddha, kata dia, pemasangan Chattra akan menjadi salah satu kesempurnaan yang menambah aura spiritualitas umat Buddha.
"Kami memaknai dengan dibangunnya Chattra tersebut akan memberikan aura dari spiritualitas umat Buddha," katanya.
Baca juga: Pemasangan Chattra di puncak stupa Borobudur tambah aura spiritualitas
Sementara terkait pro dan kontra pemasangan Chattra oleh para arkeolog, Pemerintah akan terus melakukan diskusi dan dicari titik temu agar dapat diterima semua pihak.
Hal senada diungkapkan Staf Khusus Menteri Agama Wibowo Prasetyo yang menyatakan bahwa pemasangan Chattra merupakan penyempurnaan keagungan Candi Borobudur.
"Sangat penting memaknai chatra tidak hanya dari sudut pandang arkeologi semata, namun juga dalam perspektif spiritualitas agama Buddha," katanya.
Baca juga: Pemindahan chattra Candi Borobudur tidak masalah
Baca juga: Kemendikbud kaji pemasangan "chattra" pada stupa Borobudur
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023