Jika menemukan gejala monkeypox seperti demam, lenting isi air atau luka pada kulit apalagi disertai gejala khas monkeypox yaitu ada benjolan atau pembesaran kelenjar getah bening, segera datang ke fasilitas kesehatan
Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi DKI Jakarta meminta seluruh masyarakat untuk mewaspadai adanya pembesaran pada kelenjar getah bening yang menjadi salah satu gejala khas cacar monyet (monkeypox) di sejumlah bagian tubuh.
"Jika menemukan gejala monkeypox seperti demam, lenting isi air atau luka pada kulit apalagi disertai gejala khas monkeypox yaitu ada benjolan atau pembesaran kelenjar getah bening, segera datang ke fasilitas kesehatan untuk pemeriksaan laboratorium," kata Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi dan Imunisasi Dinkes DKI Jakarta Ngabila Salama kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.
Menanggapi adanya temuan kasus baru di Jakarta, Ngabila menyebut pembesaran kelenjar getah bening yang disebabkan oleh cacar monyet, dapat timbul di bagian ketiak, leher, selangkangan atau lipatan paha.
Jika masyarakat menemukan gejala serupa, dianjurkan untuk segera pergi ke fasilitas kesehatan terdekat dari rumah untuk mendapatkan pemeriksaan laboratorium, sekaligus menghindari terjadinya komplikasi dan kematian melalui deteksi dini.
Baca juga: Epidemiolog UI nilai cacar monyet hanya berpotensi jadi epidemi lokal
Pemeriksaan juga berfungsi sebagai pelacak kasus bila terjadi kontak erat dari orang yang positif. Sebab, cacar monyet dapat menular melalui droplets seperti dahak, bersin atau air liur yang mengontaminasi lingkungan atau tangan, kontak kulit, kontak luka, cairan tubuh, dan kontak seksual.
Apabila pada kontak erat belum pernah ada gejala sama sekali, kata dia, maka tidak perlu dilakukan pemeriksaan swab orofaring atau tenggorokan, swab kulit, swab anus, dan pemeriksaan darah.
"Akan tetapi dipantau setiap hari apakah ada gejala yang timbul. Jika muncul gejala akan dilakukan pemeriksaan laboratorium lebih lanjut," ucapnya.
Ngabila juga menjelaskan jika sampai tertular, masa inkubasi dari tertular sampai muncul gejala bisa cukup panjang yakni tiga sampai 21 hari. Sedangkan butuh waktu dua sampai empat minggu untuk sembuh, yakni jika semua luka sudah kering sempurna dan muncul kulit baru.
Maka dari itu, sebagai bentuk proteksi diri, masyarakat diimbau untuk menjaga kebersihan diri dengan rajin memakai masker dan mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun.
Diharapkan masyarakat dapat menghindari kontak fisik dengan orang yang sedang sakit, berhubungan seksual yang aman, bersih, sehat dengan menggunakan kondom, menghindari kontak wajah dengan wajah, mulut, kulit, dan barang sehari-hari yang dipakai penderita.
"Vaksinasi monkeypox sudah ada di Indonesia dengan jumlah terbatas dan diperuntukkan untuk kelompok berisiko tinggi," ucapnya.
Baca juga: Cegah penularan cacar monyet dengan PHBS
Staf Teknis Komunikasi Transformasi Kesehatan Kemenkes itu menambahkan pemerintah pun terus melakukan pemantauan pada kontak erat setiap harinya. Investigasi kasus dilakukan aktif untuk menggali perjalanan penyakit dan sumber penularan agar penyebaran tidak terjadi dan memutus mata rantai penularan.
Sebelumnya, diketahui pada Sabtu (14/10) Kementerian Kesehatan melaporkan telah menemukan satu kasus baru cacar monyet di DKI Jakarta.
Pasien merupakan penduduk Jakarta dan tidak memiliki riwayat berpergian ke luar negeri atau luar kota. Gejala yang muncul berupa demam, pembesaran kelenjar getah bening di lipat paha, ada lenting isi air dan koreng dimulai dari kemaluan dan menyebar ke seluruh tubuh.
Atas temuan baru itu, sudah ada dua kasus cacar monyet di Indonesia, setelah kasus pertama ditemukan pada 20 Agustus 2022 lalu.
Baca juga: Cacar monyet berisiko sebabkan kematian penderita 10 persen
Baca juga: Epidemiolog imbau masyarakat jangan panik sikapi kasus cacar monyet
Baca juga: DKI telusuri kontak erat pasien terkonfirmasi cacar monyet
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2023