Dalam pernyataan media yang diterima di Kuala Lumpur, Jumat, KKM menyebutkan telah terjadi peningkatan kasus sebesar 28 persen pada Pekan Epidemiologi ke-46 tahun ini.
Meski demikian, KKM mengatakan hingga saat ini situasi COVID-19 di Malaysia masih terkawal. Tingkat penerimaan penderita COVID-19 di fasilitas kesehatan menurun menjadi 2.0 per 100.000 penduduk pada pekan kemarin.
KKM mengatakan sebanyak 21 varian Omicron baru, terdiri dari 20 kasus Variant of Concern (VoC) dan satu kasus Variant of Interest (VoI). Secara kumulatif 785 kasus saat ini berkaitan dengan VoI di mana 783 kasus lokal sedangkan dua lainnya merupakan kasus impor.
Jika berdasarkan wilayah, jumlah tertinggi terjadi di Sarawak mencapai 143 kasus, selanjutnya Selangor dengan 136 kasus, Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur 119, di Melaka ada 117 kasus, 59 kasus di Johor, 52 kasus di Kedah, 37 kasus ada di Pulau Pinang, 24 kasus di Terengganu, 23 kasus di Sabah, 21 kasus di Kelantan, 16 kasus di Negeri Sembilan, 12 kasus di Perlis, masing-masing sembilan kasus di Perak dan Wilayah Persekutuan Putrajaya, serta delapan kasus di Pahang.
Hingga 31 Oktober 2023, lebih dari 16,34 juta atau sekitar 50,1 persen penduduk di Malaysia telah menerima dosis penguat atau booster pertama dan lebih dari 828 ribu orang lainnya menerima booster kedua.
KKM memperkirakan kemungkinan sedikit peningkatan kasus COVID-19 akan terjadi susulan pergerakan dan perjumpaan sanak saudara dan sahabat handai tolan ketika sambutan perayaan dan aktivitas perkumpulan.
Masyarakat Hindu di Malaysia baru saja merayakan Hari Deepavali pada 12 November lalu, dan masyarakat di Malaysia mendapat cuti tambahan sehingga mendapat libur akhir pekan lebih panjang pada pekan lalu.
Baca juga: Menkes: Stok vaksin COVID-19 buatan dalam negeri masih 231.810 dosis
Baca juga: Menkes: Cacar monyet tidak akan menular sepesat COVID-19
Baca juga: BioNTech turunkan proyeksi penjualan vaksin COVID-19
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2023