Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melaporkan erupsi terjadi di Gunung Marapi di Sumatera Barat yang melontarkan batu dan pasir dalam radius 3 km pada Minggu (3/12) serta saat ini ditetapkan dalam tingkat aktivitas level II (Waspada).
Kepala Badan Geologi PVMBG Hendra Gunawan dalam keterangannya di Jakarta, Minggu, menyampaikan, erupsi terjadi pada pukul 14.54 WIB dengan tinggi kolom abu teramati kurang lebih 3.000 meter di atas puncak (sekitar 5.891 di atas permukaan laut).
"Masyarakat di sekitar Gunung Marapi dan pengunjung atau wisatawan tidak diperbolehkan mendaki dan beraktivitas pada radius 3 km dari kawah atau puncak," ujar Hendra.
PVMBG juga melaporkan, berdasarkan pengamatan visual, gunung api itu terlihat jelas hingga tertutup kabut, sedangkan asap kawah tidak teramati. Cuaca terpantau cerah hingga hujan, dengan angin lemah ke arah utara, timur laut, timur, tenggara, selatan, barat daya, barat, dan barat laut.
Suhu udara terpantau sekitar 18-28,8 C, dengan kelembaban 54,7-91,4 persen, dan tekanan udara 680,5-683 mmHg.
Sedangkan berdasarkan pengamatan instrumental, data kegempaan Gunung Marapi dalam dua pekan terakhir didominasi oleh gempa tektonik jauh, dengan data kegempaan selengkapnya berupa satu kali gempa vulkanik dalam, 13 kali gempa tektonik lokal, dan 45 kali gempa tektonik jauh.
Berdasarkan peta kawasan rawan bencana (KRB) Gunung Marapi, terdapat potensi ancaman bahaya yang dibagi dalam tiga tingkatan, yakni KRB III, atau kawasan sumber erupsi (daerah puncak dan sekitarnya) dalam radius 3 km.
Baca juga: BKSDA terus upayakan evakuasi pendaki Gunung Marapi pascaerupsi
Baca juga: BKSDA tutup jalur pendakian Gunung Marapi pascaerupsi
Baca juga: PVMBG benarkan Gunung Marapi Sumatra Barat erupsi
Kemudian, KRB II, yakni kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, aliran lava, lahar, lontaran batu (pijar), dan hujan abu lebat, dengan radius 5 km dari pusat erupsi.
Sedangkan KRB I, yakni kawasan yang berpotensi dilanda lahar atau banjir, dan kemungkinan bisa terdampak perluasan lahar atau awan panas, yang terletak di sepanjang daerah aliran sungai dan berhulu di puncak Gunung Marapi, atau dalam radius 7 km dari pusat erupsi.
Berdasarkan peta kawasan rawan bencana (KRB) Gunung Marapi, terdapat potensi ancaman bahaya yang dibagi dalam tiga tingkatan, yakni KRB III, atau kawasan sumber erupsi (daerah puncak dan sekitarnya) dalam radius 3 km.
Baca juga: BKSDA terus upayakan evakuasi pendaki Gunung Marapi pascaerupsi
Baca juga: BKSDA tutup jalur pendakian Gunung Marapi pascaerupsi
Baca juga: PVMBG benarkan Gunung Marapi Sumatra Barat erupsi
Kemudian, KRB II, yakni kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, aliran lava, lahar, lontaran batu (pijar), dan hujan abu lebat, dengan radius 5 km dari pusat erupsi.
Sedangkan KRB I, yakni kawasan yang berpotensi dilanda lahar atau banjir, dan kemungkinan bisa terdampak perluasan lahar atau awan panas, yang terletak di sepanjang daerah aliran sungai dan berhulu di puncak Gunung Marapi, atau dalam radius 7 km dari pusat erupsi.
PVMBG mengimbau masyarakat yang ada di sekitar Gunung Marapi untuk tetap tenang dan tidak terpancing isu-isu tentang Gunung Marapi, serta agar selalu mengikuti arahan dari pemerintah daerah setempat.
"Jika terjadi hujan abu, masyarakat diimbau memakai masker bila keluar rumah untuk mengurangi dampak abu vulkanik bagi kesehatan, serta mengamankan sarana air bersih dan membersihkan atap rumah dari abu vulkanik agar tidak roboh," tutur Hendra.
Selain itu, Pemerintah Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar diminta untuk terus berkoordinasi dengan PVMBG melalui pos pengamatan Gunung Marapi di Bukit Tinggi untuk mendapatkan informasi terbaru.
Masyarakat juga dapat memantau perkembangan aktivitas Gunung Marapi maupun rekomendasi dari pemerintah melalui aplikasi atau situs jejaring Magma Indonesia.
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2023