"Hipertensi penangannya bukan obat dulu. Kalau kita bicara yang paling gampang, pakai grade lah ya. Kalau grade satu tetap pola hidup dulu. Kadang bisa saja orang yang tekanan darahnya 140 tetapi dalam enam bulan karena enggak olahraga, obesitas, merokok banyak, tidur kurang, stres, tinggi," kata dia di Jakarta, Kamis (22/2).
Yuda mengatakan, menerapkan pola hidup sehat antara lain konsumsi makanan sehat berimbang, cukup istirahat dan melakukan aktivitas rutin bisa membantu menurunkan tekanan darah atau mencapai ukuran optimal yakni di bawah 120/80.
Namun, ini khusus bagi mereka yang masuk kategori hipertensi grade 1 (140-159/90-99).
Bila hipertensi sudah mencapai grade 2 (160-179/100-109), maka obat menjadi kebutuhan.
"Diet tinggi serat, rendah garam. Itu membantu menurunkan tekanan darah. Terutama pada grade 1. Tetapi untuk yang sudah grade 2 ke atas, enggak bisa hanya mengandalkan diet saja. Tetapi pada kelompok grade 2, tetap start dengan perubahan gaya hidup tetapi mungkin obat sudah masuk," papar Yuda.
"Jadi, supaya tidak tekanan darah tinggi, bukan semata rendah garam, kurang santan lemak kurang, banyak serat. Pola hidup sehat, gizi seimbang, tingg serat, buah banyak, hindari gorengan berlebih," sambung dia.
Baca juga: Tusuk jari dengan jarum bisa tangani stroke? Ini jawaban ahli
Dalam kesempatan yang sama, ahli ginjal dari FK UKI, dr. Tunggul D. Situmorang, SpPD-KGH, menganjurkan mereka yang merokok berhenti merokok, mencegah kegemukan (overweight/obese).
Lalu, berolahraga teratur (3-4X dalam 1 minggu) selama 40 menit dan pengendalian faktor-faktor risiko diabetes dan kolestrol, agar tak menderita hipertensi.
"Dianjurkan juga untuk melakukan diet DASH (Diet Against Systolic Hypertension) dengan asupan garam tidak melebihi 2,4 g/hari dan rutin mengonsumsi buah dan sayuran," kata dia.
Baca juga: Kontrol asupan garam demi cegah hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan gangguan pada sistem peredaran darah yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas nilai normal, yaitu melebihi 140/ 90 mmHg.
Kondisi ini jarang menunjukkan gejala, dan pengenalannya biasanya melalui skrining, atau saat mencari penanganan medis untuk masalah kesehatan yang tidak berkaitan.
Baca juga: Deteksi dini hipertensi dengan "Ceramah"
Beberapa orang dengan tekanan darah tinggi melaporkan sakit kepala (terutama di bagian belakang kepala dan pada pagi hari), serta pusing, vertigo, tinitus (dengung atau desis di dalam telinga), gangguan penglihatan atau pingsan dan beberapa gejala seperti jantung berdebar-debar.
Lalu, sulit bernapas atau mengangkat beban berat, mudah lelah, wajah memerah dan hidung berdarah.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018