Padahal, lanjut Gati, fasilitas tersebut bisa memperluas akses pasar para pelaku IKM sekaligus meningkatkan kontribusi mereka terhadap ekspor nasional.
Lebih lanjut, Gati menuturkan fasilitas tersebut juga bisa memberikan keuntungan berupa penghematan biaya produksi hingga 25 persen.
"Fasilitas KITE ini sebenarnya memudahkan IKM untuk mengimpor bahan baku yang nantinya diolah menjadi produk ekspor, namun fasilitas ini belum banyak dimanfaatkan," kata Gati FGD Pengoptimalan Pemanfaatan KITE IKM di Surabaya, Jawa Timur, Selasa.
Data Direktorat Jenderal Bea dan Cukai menyebutkan 44 IKM pemanfaat KITE tersebut terdiri didominasi sektor barang kerajinan, furnitur, pakaian jadi serta kosmetik dan bahan kosmetik.
"Fasilitas KITE ini sebenarnya memudahkan IKM untuk mengimpor bahan baku yang nantinya diolah menjadi produk ekspor, namun fasilitas ini belum banyak dimanfaatkan," kata Gati FGD Pengoptimalan Pemanfaatan KITE IKM di Surabaya, Jawa Timur, Selasa.
Data Direktorat Jenderal Bea dan Cukai menyebutkan 44 IKM pemanfaat KITE tersebut terdiri didominasi sektor barang kerajinan, furnitur, pakaian jadi serta kosmetik dan bahan kosmetik.
Sementara dilihat dari lokasi industrinya, sebanyak 13 IKM pemanfaat KITE berasal dari Denpasar, kemudian Solo 12 IKM, Yogyakarta 7 IKM, Semarang 5 IKM, dan sisanya dari Jakarta, Cirebon, Purwokerto, Tasikmalaya, Madiun, Tegal, dan Mataram masing-masing 1 IKM.
Baca juga: Program KITE upaya dorong IKM berkembang
Gati menjelaskan fasilitas KITE untuk IKM ini merupakan fasilitas yang diluncurkan pada 2017 untuk menurunkan biaya produksi, meningkatkan pendapatan IKM sehingga produktivitas dan daya saing IKM meningkat.
IKM yang terdaftar dalam program ini akan mendapat pembebasan bea masuk dan PPN serta PPN Barang Mewah atas impor barang atau bahan baku yang diperlukan untuk produksi, namun bahan baku tersebut harus diolah, dirakit atau dipasangkan dengan barang lain dengan tujuan ekspor.
Program pemberian fasilitas KITE merupakan salah satu langkah pemerintah dalam rangka mendorong pertumbuhan industri. Saat ini, Kementerian Perindustrian mematok pertumbuhan sektor industri tahun 2018 sebesar 5,67 persen.
Berdasarkan hasil implementasi tahun 2017, Kemenperin mengevaluasi salah satu perusahaan yang memanfaatkan KITE IKM lnducomp Dewata yang merupakan IKM Komponen Elektronik yang memiliki negara tujuan ekspor Hungaria, Jerman, dan Swiss dengan negara asal impor China.
Setelah memanfaatkan fasilitas KITE sejak 2017, lnducomp Dewata telah menghemat biaya pembebasan PPn/PPnBM sekitar Rp400 juta. Tidak hanya itu, pendapatannya pun meningkat dari Rp8 miliar pada 2016 menjadi Rp10 Miliar pada 2017 dengan status penjualan seluruh produknya diekspor.
Baca juga: Kemenperin upayakan peningkatan fasilitas KITE
Gati menjelaskan fasilitas KITE untuk IKM ini merupakan fasilitas yang diluncurkan pada 2017 untuk menurunkan biaya produksi, meningkatkan pendapatan IKM sehingga produktivitas dan daya saing IKM meningkat.
IKM yang terdaftar dalam program ini akan mendapat pembebasan bea masuk dan PPN serta PPN Barang Mewah atas impor barang atau bahan baku yang diperlukan untuk produksi, namun bahan baku tersebut harus diolah, dirakit atau dipasangkan dengan barang lain dengan tujuan ekspor.
Program pemberian fasilitas KITE merupakan salah satu langkah pemerintah dalam rangka mendorong pertumbuhan industri. Saat ini, Kementerian Perindustrian mematok pertumbuhan sektor industri tahun 2018 sebesar 5,67 persen.
Berdasarkan hasil implementasi tahun 2017, Kemenperin mengevaluasi salah satu perusahaan yang memanfaatkan KITE IKM lnducomp Dewata yang merupakan IKM Komponen Elektronik yang memiliki negara tujuan ekspor Hungaria, Jerman, dan Swiss dengan negara asal impor China.
Setelah memanfaatkan fasilitas KITE sejak 2017, lnducomp Dewata telah menghemat biaya pembebasan PPn/PPnBM sekitar Rp400 juta. Tidak hanya itu, pendapatannya pun meningkat dari Rp8 miliar pada 2016 menjadi Rp10 Miliar pada 2017 dengan status penjualan seluruh produknya diekspor.
Baca juga: Kemenperin upayakan peningkatan fasilitas KITE
Baca juga: Fasilitas KITE diharapkan dorong ekspor industri kecil menengah
Berdasarkan data Kemenperin, pertumbuhan sektor industri pengolahan Non Migas Kumulatif tahun 2017 berada pada angka 4,84 persen.
Pertumbuhan tertinggi ada pada industri makanan dan minuman 9,23 persen, disusul dengan industri logam dasar 5,87 persen, industri mesin dan perlengkapan 5,55 persen, dan industri kimia, farmasi dan obat tradisional 4,53 persen.
Kontribusi ekspor nonmigas telah menyumbang 90,67 persen dari total ekspor tahun 2017, dengan partisipasi sektor industri sebesar 74,10 persen. Ekspor industri pengolahan mengalami kenaikan yang signifikan pada tahun 2016 ke 2017 sebesar 13,14 persen, dari 110,5 miliar dolar AS menjadi 125 miliar dolar AS.
Berdasarkan data Kemenperin, pertumbuhan sektor industri pengolahan Non Migas Kumulatif tahun 2017 berada pada angka 4,84 persen.
Pertumbuhan tertinggi ada pada industri makanan dan minuman 9,23 persen, disusul dengan industri logam dasar 5,87 persen, industri mesin dan perlengkapan 5,55 persen, dan industri kimia, farmasi dan obat tradisional 4,53 persen.
Kontribusi ekspor nonmigas telah menyumbang 90,67 persen dari total ekspor tahun 2017, dengan partisipasi sektor industri sebesar 74,10 persen. Ekspor industri pengolahan mengalami kenaikan yang signifikan pada tahun 2016 ke 2017 sebesar 13,14 persen, dari 110,5 miliar dolar AS menjadi 125 miliar dolar AS.
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018