Hal itu disampaikan Trump di hadapan jajaran pimpinan industri game, pada Kamis (8/3) setempat, sebulan berselang setelah peristiwa penembakan di lingkungan sekolah yang memicu kembali perdebatan tentang izin kepemilikan senjata api.
Trump menggelar pertemuan dengan asosiasi pengembang hiburan virtual, Entertaintment Software Association (ESA), kurang dari sebulan setelah seorang pria bersenjata menembak 17 orang hingga tewas, menggunakan senjata semi-otomatis, di bekas sekolahnya di Florida, dikutip dari AFP.
Trump segera menuding video game sebagai faktor penyebab terjadinya kekerasan menggunakan senjata api tersebut, yang merupakan insiden terakhir dari sekira 30.000 kasus kematian terkait penggunaan senjata tiap tahunnya.
Menurut pernyataan dari Gedung Putih, Trump dalam pernyataan tersebut menyatakan "mengakui beberapa penelitian mengindikasikan ada korelasi antara kekerasan video game dan kekerasan nyata".
"Pembicaraan berpusat pada apakah video game yang mengandung unsur kekerasan, termasuk permainan yang secara grafis mensimulasikan pembunuhan, membuat masyarakat kita cenderung permisif terhadap kekerasan."
Baca juga: Remaja AS penggemar senjata: "itu adalah gaya hidup"
Baca juga: Trump dituduh memecah belah bangsa oleh pelajar SMA Marjory
Baca juga: Senat Florida tolak rencana persenjatai guru kelas
Setelah penembakan di Florida, Trump mengatakan dia "mendengar semakin banyak orang mengatakan tingkat kekerasan pada video game benar-benar membentuk pemikiran orang muda".
ESA membantah anggapan tersebut, bahwa video game tidak menyebabkan kekerasan di dunia nyata.
"Video game jelas tidak menjadi masalah: hiburan didistribusikan dan dikonsumsi secara global, tetapi AS memiliki tingkat kekerasan senjata yang jauh lebih tinggi dibandingkan negara lain," katanya menjelang perundingan Washington.
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018