• Beranda
  • Berita
  • Terkait puisi Sukmawati, Sekjen PBNU berbaik sangka

Terkait puisi Sukmawati, Sekjen PBNU berbaik sangka

4 April 2018 18:44 WIB
Terkait puisi Sukmawati, Sekjen PBNU berbaik sangka
Sukmawati Soekarnoputri (FOTO.ANTARA)
Jakarta (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Faishal Zaini memilih untuk berbaik sangka terhadap puisi Sukmawati Soekarnoputri yang menimbulkan polemik bahkan hingga muncul sejumlah pelaporan ke polisi dengan delik aduan penistaan agama.

Helmy, saat ditemui wartawan di Jakarta, Rabu, menilai bahwa puisi yang dibacakan Sukmawati belum tentu berangkat dengan niat menghina Islam.

"Saya berkeyakinan tidak ada niatan dari Sukmawati untuk melecehkan Islam... Terkait puisi Sukmawati Sukarnoputri, hendaknya kita mengedepankan tabayyun karena sangat mungkin pemahaman atau penyampaian Bu Sukmawati terhadap makna syariat Islam tidak utuh," kata Helmy.

Dia mengatakan verifikasi terhadap perkara merupakan langkah penting sebagai bagian dari kehati-hatian dan juga agar lebih jernih melihat persoalan.

Terhadap adanya upaya beberapa pihak agar masalah itu dibawa ke ranah hukum, Sekjen PBNU mengimbau agar masalah itu dapat diselesaikan dengan terlebih dahulu melakukan dialog dan silaturahim.

Baca juga: Polda Metro Jaya segera periksa pelapor Sukmawati

Baca juga: Sukmawati Soekarnoputri minta maaf atas puisi "Ibu Indonesia"

Baca juga: Soal puisi itu, MUI Banten imbau umat Islam tetap tenang

Baca juga: Politisi Hanura polisikan puisi Sukmawati


Kendati demikian, Helmy berpendapat hendaknya para tokoh bisa secara tepat dan lebih hati-hati ketika menggunakan kalimat atau diksi dalam berinteraksi, utamanya dalam ruang publik.

Para tokoh hendaknya tidak menggunakan kalimat yang dapat berpotensi mengganggu bangunan ke-Indonesiaan, kata dia.

"Menjadi Indonesia seutuhnya adalah bagian dari bersyariah. Seluruh nilai Pancasila adalah Islami. Maka, tak perlu dipertentangkan. Banyak yang tidak utuh memahami makna syariah. Syariah tidak identik dengan khilafah (negara agama). Menjadi warga negara Indonesia yang taat itu juga sudah bersyariah," katanya.

Maka, kata dia, Pancasila yang indah jangan diganggu dengan akrobat kata-kata yang berpotensi mengganggu kerukunan. Seluruh masyarakat agar tetap tenang dan tidak mengambil tindakan-tindakan yang justru akan memperkeruh keadaan.

"Mari tetap kita sikapi dengan tenang dan kepala dingin," katanya.

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018