"Selama ini wisatawan asing memang paling mengeluh soal sampah di TN Komodo, masalahnya sekarang belum teratasi juga sehingga lembaga internasional UNESCO pun sudah mulai menyoroti," kata Abed Frans di Kupang, Senin.
Ia menjelaskan, para wisatawan mengutarakan pengalaman mereka menyelam di perairan TN Komodo pada tahun-tahun sebelumnya mendapati pemandangan yang berbeda dengan kondisi saat ini.
"Kasihan wisatawan yang spesialis menyelam dan berselancar, bukannya pemandangan bawah laut indah yang mereka dapati tapi malah sampah dan dampak kerusakan ekosistem yang dijumpai," katanya.
Abed Frans mengaku khawatir jika persoalan ini tidak ditangani lebih serius oleh pemerintah daerah maupun otoritas terkait, maka kerusakan lingkungan laut di kawasan wisata yang terkenal sebagai habitat satwa purba Komodo (varanus komodoensis) itu akan mencapai titik kritis.
Untuk itu, ia meminta agar pengawasan intensif terhadap kawasan perairan serta penerapan aturan yang tegas terhadap aktivitas nelayan yang tidak ramah lingkungan.
Baca juga: Balai TN Komodo larang nelayan beraktivitas di area selam
"Karena ini bukan lagi persoalan sepele mengingat dunia pun sudah menyoroti, jika tidak diatasi maka dampak selanjutnya wisatawan akan berpindah ke lokasi selam atau berselancar lainnya," katanya.
Ia memastikan, ASITA sebagai bagian dari pelaku wisata siap membantu otoritas terkait untuk penanganan masalah sampah di Taman Nasional Komodo.
"Melalui perwakilan kami di Manggarai Barat bersama himpunan pramuwisata setempat siap membantu penanganan sampah ini," katanya.
Baca juga: Terumbu karang terindah sejagad ada di TN Komodo
Baca juga: Pembatasan kunjungan wisata ke TN Komodo tunggu kajian
Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018