"Kita mulai meningkatkan pembangunan pabrik pupuk NPK yang makin dibutuhkan industri pangan untuk meningkatkan produktivitas. Terbukti NPK jika digunakan pada padi bisa menambah bulir, kalau buah maka makin banyak buahnya," kata Menteri Rini kepada pers di Palembang, Jumat.
Hal tersebut disampaikan Rini yang bersama Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto meresmikan Peluncuran dan Peresmian Pabrik Pusri 2B, Proyek NPK 2,4 Juta Ton serta peletakan batu pertama Pabrik NPK Fusion II Pusri.
Baca juga: Sinergi tiga BUMN berpotensi kurangi impor pupuk
Rini mengatakan, penggunaan pupuk NPK akan didorong penggunaannya mengingat potensi pasar NPK di Indonesia yang terbilang masih sangat besar.
Saat ini kebutuhan NPK domestik diperkirakan sekitar 9,2 juta ton, sedangkan kapasitas produksi Pupuk Indonesia baru sekitar 3,3 juta ton dan swasta lainnya baru sekitar 3 juta ton.
"Masih terbuka peluang pasar bagi Pupuk Indonesia baik untuk sektor pertanian maupun perkebunan," kata Rini.
Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Aas Asikin Idat mengatakan PT Pupuk Indonesia berencana membangun pabrik-pabrik NPK mulai dari tahun 2018 hingga 2025 dengan total kapasitas sebesar 2,4 juta ton di PT Pupuk Iskandar Muda (Lhoksemauwe) 2x500.000 ton, PT Pusri Palembang, 2x100.000 ton, PT Pupuk Kujang, 2x100.000 ton, dan PT Pupuk Kaltim, 2x500.000 ton.
Menurut Aas, harga gas di Indonesia yang lebih tinggi dibandingkan negara produsen pupuk lainnya membuat komoditi urea dan amoniak Indonesia berkurang daya saingnya di pasar internasional.
"Untuk itu, dibutuhkan upaya diversifikasi produk yang bisa lebih bersaing, berkualitas baik dan tingkat ketergantungannya terhadap gas tidak terlalu tinggi," katanya.
Potensi pasar NPK di Indonesia masih sangat besar. Saat ini kebutuhan NPK domestic diperkirakan sekitar 9,2 juta ton, sedangkan kapasitas produksi Pupuk Indonesia baru sekitar 3,3 juta ton, dan swasta lainnya baru sekitar tiga juta ton.
Masih terbuka peluang pasar bagi Pupuk Indonesia baik untuk sektor pertanian maupun perkebunan.
Meningkatnya jumlah penduduk, berkurangnya jumlah lahan dan bertambahnya kebutuhan pangan dan komoditi perkebunan, mengharuskan diterapkannya intensifikasi pertanian guna meningkatkan produktivitas lahan.
"Salah satunya adalah dengan menerapkan sistem pemupukan berimbang dengan pupuk majemuk atau NPK," katanya.
Pupuk NPK, singkatan dari Nitrogen Phospor dan Kalium, adalah jenis pupuk majemuk yang mengandung unsur hara yang lengkap dan dibutuhkan tanaman. Berbeda dengan pupuk tunggal seperti urea, pupuk NPK mampu memenuhi semua kebutuhan unsur hara tanaman sehingga dapat menghasilkan panen yang lebih tinggi (untuk tanaman padi, sekitar 30-50 petsen), baik dari sisi kualitas maupun kuantitas.
Penggunaan pupuk NPK yang menyeluruh, akan dapat meningkatkan produksi pertanian dan perkebunan nasional sehingga dapat menjaga ketahanan pangan nasional serta meningkatkan kesejahteraan petani karena para petani dapat memperoleh pendapatan yang lebih baik dari hasil panen yang lebih banyak.
Baca juga: Pupuk Indonesia belanja Rp5,5 triliun untuk bangun pabrik NPK
Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018