"Kekhawatiran itu ada karena harganya lebih murah dan mudah didapat, apalagi pupuk impor ini masuk dengan mudahnya ke Tanah Air," kata Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Jatim II Pupuk Kaltim disela sosialisasai pengetahuan produk Pupuk Kaltim di Malang, Jawa Timur, Jumat.
Ia mengaku khawatir petani akan beralih ke pupuk impor karena harganya terjangkau (murah) dibanding pupuk produksi dalam negeri dan mudah didapat, terutama pupuk dari Tiongkok dan Amerika Serikat.
Kenapa pupuk impor bisa lebih murah, lanjutnya, karena biaya opearsional, terutama untuk pos pembelian gas lebih murah, yakni hanya 2 dolar AS, sedangkan di Indonesia masih 6 dolar AS. "Dengan harga gas 6 dolar AS ini, kami kesulitan di biaya operasionalnya," ucapnya.
Sementara itu, Superintendent Hubungan Internal Departeman Humas Pupuk Kaltim, Nurdi Saptono mengatakan Tiongkok dan Amerika Serikat yang memroduksi pupuk urea secara besar-besaran menjadikan dunia over stok.
"Dulu pernah terjadi di semua daerah ketika pupuk petani masih menggunakan Pusri, ketika Pupuk Kaltim amsuk dianggap pupuk palsu. Nah, kondisi itu hampir sama dengan sekarang yang banyak serbuan pupuk impor. Mudah-mudahan kondisi itu terjadi sekarang, petani tetap `minded` dengan pupuk dalam negeri, sehingga tidak sampai tergoda pupuk impor," katanya.
Menyinggung ketersediaan pupuk menjelang musim tanam di wilayah Jawa Timur, Sugiyono mengatakan sangat aman, bahkan stoknya melebih ketentuan pemerintah (Kementan).RI. "Oleh karena itu, petani tidak perlu khawatir akan terjadi kelangkaan karena stoknya lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan petani," ucapnya.
Pupuk Kaltim menyediakan stok urea subsidi untuk Jatim mencapai 345.533 ton, dengan rincian stok urea subsidi di Lini I atau gudang pabrik mencapai 5.497 ton, stok di Lini II atau Gudang Provinsi 84.484 ton dan stok urea subsidi di Lini III atau gudang kabupaten 254.269 ton.
Sedangkan untuk stok NPK subsidi mencapai 22.592 ton, dengan rincian stok pada lini I atau gudang pabrik 9.960 ton dan stok di Lini III atau gudang kabupaten 12.632 ton. Adapun serapan urea subsidi tertinggi di Jatim, yaitu 225.306 ton, sedangkan serapan NPK subsidi tertinggi di Kalimantan Selatan, yaitus mencapai 20.953 ton.
Secara nasional, hingga 7 Mei 2018, Pupuk Kaltim telah menyalurkan 536.758 ton urea subsidi atau 36 persen dari alokasi SK Menteri Pertanian RI. Untuk NPK subsidi yang telah disalurkan mencapai 69.187 ton atau 42 persen dari alokasi SK Menteri Pertanian RI.
Sementara itu kapasitas gudang di Jatim mencapai 87.800 ton (di Surabaya dan Banyuwangi) dari ketentuan stok 32.533 ton. Stok fisik mencapai 39.711 ton dan stok administrasi 44.361. Sementara realisasi hingga 7 Mei mencapai 14.428 ton dari alokasi Mei 2018 mencapai 43.377 ton.
Untuk produktivitas rata-rata per tahun mencapai 3,43 juta ton urea dan yang didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan petani di dalam negeri sekitar 1,4 juta ton per tahun. Sedangkan selebihnya menjadi komoditas ekspor. "Untuk ekspor ini dengan catatan kebutuhan dalam negeri sudah terpenuhi an harus ada izin dari pemerintah," kata Sugiyono.
Kebutuhan pupuk bersubsidi di Tanah Air mencapai 13 juta ton per tahun, sementara pemerintah hanya mampu mengkover sekitar 9,55 juta ton. Sehingga, selebihnya petani harus membeli pupuk dengan harga nonsubsidi. "Petani yang tidak terkover pupuk subsidi ini, mau tidak mau membeli dengan harga nonsubsidi," ucapnya.
Menyinggung upaya untuk mengatasi jika terjadi kelangkaan pupuk di pasaran, Sugiyono mengatakan perlu peningkatan kapasitas produksi, monitoring stok pupuk bersubsidi,koordiansi dengan distributor, PPL,KP3, Dinas terkait, dan pemerintah daerah setempat, membentuk tim posko pengamanan musim tanam, serta Pupuk Kaltim menyediakan jaringan bebas pulsa untuk petani, kios resmi dan distributoryang ingin menyampaikan keluhan dan saran.
Sementara itu, staf Pupuk Kaltim Ajang Christrianto mengemukakan untuk meningkatkan produktivitas tanaman petani, pihaknya melakukan pendampingan bagi petani, termasuk melakukan demo pemupukan secara berimbang dan tidak berlebihan yang melibatkan Dinas Pertanian dan PLL setempat.
"Selain itu, juga melakukan kerja sama dengan distributor dan pengecer. Selama masa tanam hingga panen juga terus dilakukan monitoring, apakah pemupukan berimbang dan tidak berlebihan ini mampu meningkatkan produktivitas (panen petani)," ucapnya.
Pemupukan berimbang dan tidak berlebihan tersebut menggunakan kompisisi perbandingan 5:3:2, artinya pemupukan dengan 500 kilogram pupuk organik, 300 kilogram pupuk NPK dan 200 kilogram urea untuk setiap hektare tanaman.
"Khusus penggunaan pupuk organik yang melebihi komposisi, misalnya 1 ton dan NPK atau ureanya tetap akan lebih baik karena untuk mengembalikan unsur hara tanah lebih cepat," katanya.
Baca juga: Menteri BUMN: produksi pupuk NPK ditingkatkan
Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018