"Itu dilakukan dalam kondisi status crisis management protocol sudah meningkat dari normal menjadi waspada," kata Sri Mulyani dalam jumpa pers di Jakarta, Senin.
Bond Stabilization Framework merupakan salah satu dari mitigasi yang disiapkan pemerintah berupa kerangka kerja jangka pendek dan menengah untuk mengantisipasi dampak krisis di pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik.
Sri Mulyani menjelaskan indikator peringatan dini dari empat otoritas yang tergabung dalam KSSK di Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan dan Lembaga Penjamin Simpanan memperlihatkan kondisi perekonomian saat ini masih dalam keadaan normal.
"Saat ini saya tekankan crisis management protocol status tetap normal sesuai assesment KSSK," jelasnya.
Baca juga: Menkeu: reformasi struktural untuk dorong pertumbuhan
Baca juga: Pemerintah, BI, OJK dan LPS perkuat koordinasi untuk jaga stabilitas
Baca juga: IHSG Senin dibuka menguat 6,73 poin
Meski demikian, tambah dia, seluruh komponen KSSK akan meningkatkan koordinasi terhadap kondisi perekonomian terkini dan siap melakukan tindakan maupun antisipasi terhadap gangguan yang bisa mengancam stabilitas sektor keuangan.
"Kami akan terus melakukan koordinasi dan kewaspadaan dalam melihat perubahan lingkungan dan tidak akan segan melakukan respon tepat waktu, tepat takaran, sehingga bisa menjaga stabilitas sistem keuangan," ujar Sri Mulyani.
Sebelumnya, pemerintah telah memiliki inisiatif Bond Stabilization Framework yang merupakan kerangka kerja jangka pendek dan menengah untuk mengantisipasi dampak krisis pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik.
Langkah jangka pendek dalam kerangka stabilisasi ini berupa pembelian SBN di pasar sekunder dan jangka menengah berupa pembentukan bond stabilization fund.
Pewarta: Satyagraha
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018