"Kita tidak lagi bisa berdiam diri, tenang duduk-duduk melihat sektor pertanian seperti saat ini. Tetapi sudah saatnya memperbaiki diri, berbenah agar produktivitas petani meningkat," kata Presiden Joko Widodo, di sela kunjungan kerja meluncurkan Program Kewirausahaan Petani dan Digitalisasi Pertanian di Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Kamis.
Di depan sekitar 500 petani dan Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Dito Ganinduto, sejumlah direksi BUMN, Jokowi menandaskan peran petani sangat strategis karena pangan akan menjadi salah satu komoditas yang menjadi rebutan negara-negara di dunia.
"Untuk itu, keharusan melakukan digitalisasi pertanian yang didukung kemampuan kewirausahaan petani menjadi faktor utama memenangkan persaingan dan kompetisi utamanya di bidang pangan," tegas Jokowi.
Presiden menekankan pentingnya mengembangkan teknologi dan kemampuan wirausaha petani saat pascapanen karena dari situ banyak keuntungan yang dapat diperoleh petani.
“Kalau petani kita masih seperti saat ini, hanya menjual gabah, percaya kepada saya, sampai kapan pun tidak akan ada peningkatan kesejahteraan petani,” kata Presiden.
Presiden mengunjungi langsung Mitra Badan Usaha Milik Desa Bersama (MBB) Sliyeg yang juga mitra binaan PT Telkom Indonesia Tbk.
MBB memiliki satu BUMDes Kecamatan (terdiri atas 14 BUMDes) dan satu Perkumpulan Gabungan Kelompok Tani/Gapoktan (yang terdiri dari 127 Poktan dan 7009 Petani) dengan produksi padi tercatat 54.000 ton per tahun dengan total luas lahan sebesar 4.384 hektare.
MMB Sliyeg merupakan salah satu pilot project kewirausahaan petani yang menerapkan sistem digitalisasi pertanian di mana digitalisasi dilakukan dengan sebuah aplikasi "Logistik Tani"/LOGTAN.
Baca juga: Digitalisasi pertanian di mata Menteri BUMN: demi petani sejahtera
Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018