• Beranda
  • Berita
  • Wisata religi Yogyakarta, Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara

Wisata religi Yogyakarta, Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara

14 Juni 2018 09:56 WIB
Wisata religi Yogyakarta, Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara
Sejumlah umat muslim berjalan menuju masjid untuk mengikuti Sholat Jumat di Masjid Besar mataram Kotagede, Yogyakarta, Jumat (22/2). Masjid Besar Mataram Kotagede merupakan salah satu masjid tertua di Yogyakarta yang didirikan oleh raja Mataram Sultan Agung pada pertengahan abad 17 M atau sekitar tahun 1640. (ANTARA/Noveraadika)

Jakarta (ANTARA News) - Yogyakarta, Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara punya banyak daya tarik wisata, salah satunya wisata religi. Simak daftar tempat wisata religi  yang dihimpun Kementerian Pariwisata yang bisa dijadikan inspirasi pada libur lebaran tahun ini.

Masjid Kotagede

Yogyakarta menyimpan banyak peninggalan bersejarah dari kerajaan Mataram, salah satu diantaranya adalah Masjid Kotagede yang merupakan masjid tertua di kota Gudeg. Dibangun pada 1640, masjid Kotagede merupakan karya gotong royong Sultan Agung dengan masyarakat setempat yang biasanya beragama Budha dan Hindu. 

Di halaman masjid terdapat pohon beringin tua, Wringin Sepuh, yang berusia ratusan tahun dan dianggap sebagai pohon keramat oleh warga sekitar.
 

Grebeg Besar Keraton Yogyakarta Warga berebut gunungan saat acara Grebeg Besar Keraton Yogyakarta di Masjid Gede Kauman, Yogyakarta, Sabtu (2/9/2017). Dalam tradisi yang menjadi rangkaian perayaan Iduladha itu Keraton Yogyakarta mengeluarkan sebanyak tujuh gunungan yang berisi hasil bumi sebagai simbol sedekah raja kepada rakyatnya sekaligus wujud rasa syukur kepada Tuhan. (ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)

Masjid Kauman Yogyakarta

Dikenal juga sebagai Masjid Agung Keraton, berdiri sejak pemerintahan Hamengku Buwono I. Bangunan Cagar Budaya Nasional ini terletak di alun-alun utara Yogyakarta. DI dalamnya terdapat maksura, bangunan mirip sangkar yang dulu dipakai sultan beribadah demi alasan keamanan.

 

Sejarah Islam di Madura Sejumlah warga melintas di depan Masjid Agung Sumenep yang bergaya arsitektur China, di Sumenep, Jatim, Rabu (24/7). Masjid yang dibangun sejak tahun 1763 M, oleh penembahan Sumolo itu, merupakan salah satu bukti sejarah perkembangan Islam di Madura yang selalu ramai dikunjungi warga terutama saat bulan Ramadhan. (ANTARA FOTO/ Saiful Bahri)


Masjid Agung Sumenep

Masjid Jami ini punya arsitektur bergaya Tiongkok, Eropa, Jawa dan Madura. Atapnya terpengaruh budaya Jawa, warna pintu utama dan jendela masjid dipengaruhi budaya Madura, bagian dalamnya condong ke gaya Tiongkok.
 

Masjid Cheng Ho Surabaya Warga melintas di depan Masjid Cheng Ho di Surabaya, Jawa Timur, Senin (29/6/15). Masjid yang diresmikan pada 13 Oktober 2002 tersebut bernuansa Muslim Tionghoa dan memiliki ornamen menyerupai kelenteng. (ANTARA FOTO/Zabur Karuru)


Masjid Cheng Ho Surabaya

Masjid ini didirikan oleh Laksamana Cheng Ho pada abad ke-15. Ini adalah masjid pertama di Tanah Air yang menggunakan nama muslim Tionghoa.
Arsitektur China terlihat kental dari warna cerah seperti merah dan hijau yang menghiasi masjid. Pintu masuknya serupa pagoda, tulisan “Allah” dari relief naga dan patung singa dari lilin terlihat di puncak pagoda.

Baca juga: Wisata religi Sumatera, Surau Tanpa Atap hingga Masjid Cheng Ho
Baca juga: Wisata religi di Banten dan Jakarta, inspirasi libur Lebaran
Baca juga: Wisata religi Jawa Barat dan Jawa Tengah


Masjid Agung Sudirman, Bali

Terletak di jantung kota Denpasar, masjid ini ramai dikunjungi jamaah di kota tersebut. Pengunjung bisa menikmati semilir angin karena bangunan ini dirancang tanpa dinding, kecuali pada bagian depan. 

Masjid Kuno Bayan Beleq, Lombok (id.lombokindonesia.org)


Masjid Kuno Bayan Beleq

Masjid ini terletak di perbatasan Lombok Utara dan Lombok Timur di Nusa Tenggara Barat. Beleq artinya makam besar, dinamakan seperti itu karena ada beberapa makan di dalam komplek masjid. Salah satu yang terkenal adalah Gaus Abdul Rozak yang dipercaya jadi penyebar agama Islam pertama di tempat ini. Masjid kuno ini punya dinding dari anyaman bambu dengan alas tanah liat yang dilapisi tikar bambu. Bangunan seluas 9 x 9 meter ini berdiri sejak 300 tahun lalu, meski tidak diketahui siapa yang membangunnya. 

Masjid Bayan Beleq hanya dipakai untuk hari besar agama Islam, seperti Idul Fitri, bukan untuk ibadah sehari-hari. Tempat ini bisa dicapai dengan mengendarai kendaraan roda dua atau roda empat dengan durasi perjalanan 2,5 jam dari Mataram. 

 

Masjid Gunung Pujut, Lombok (Kemdikbud)


Masjid Kuno Gunung Pujut

Masjid di kecamatan Pujut, Lombok Tengah ini terbuat dari bambu beratap alang-alang. Luasnya hanya 8,6 x 8,6 meter. Masjid ini punya empat tiang penyangga utama serta 28 tiang penyangga lain. Masjid Gunung Pujut didirikan di atas bukit, tempat yang dulu dianggap sebagai lokasi mendirikan bangunan sakral untuk masyarakat setempat.


Langgar Sapit

Masjid peninggalan Wetu Telu ini terletak di Dusun Montong Kemong. Bentuknya unik karena menyerupai rumah khas suku Sasak. Selain dipakai untuk peringatan hari besar Islam, langgar ini juga jadi lokasi Ngayu-ayu alias ritual meminta hujan yang diiringin musik gamelan dan gedang Beleq, musik tradisional Sasak.

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018