Ditemani istrinya Rania, sang raja juga dijadwalkan bertemu dengan pejabat senior dari pemerintahan Trump dan anggota Kongres menurut pernyataan istana yang dikutip kantor berita AFP.
Pertemuannya dengan Trump diperkirakan berlangsung di Gedung Putih pada Senin.
Gedung Putih dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa kedua pemimpin akan "mendiskusikan isu-isu yang menjadi perhatian bersama, termasuk terorisme, ancaman dari Iran dan krisis di Suriah, serta berupaya mewujudkan perdamaian abadi antara Israel dan Palestina.”
Proses perdamaian Israel-Palestina, yang terhenti sejak 2014, menjadi subjek dalam pertemuan pekan ini di Amman antara Menteri Luar Neger Yordania Ayman Safadi dengan perunding dan kepala intelijen Palestina.
Raja Abdullah sudah melakukan pembicaraan dengan penasihat Trump, Jared Kushnerm, dan utusan khusus Jason Greenblatt di Amman pada Selasa, sehari setelah menjadi tuan rumah pertemuan langka dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Yordania merupakan sekutu AS sekaligus satu dari dua negara Arab yang menandatangani perjanjian perdamaian dengan Israel selain Mesir. Kerajaan itu merupakan penjaga tempat-tempat suci Islam di Yerusalem.
Yordanian memegang peran penting dalam proses perdamaian Israel dan Palestina, mendukung penerapan solusi dua negara, atau pembentukan negara Palestina yang hidup damai berdampingan dengan Israel.
Pemerintahan Trump sebelumnya memicu kemarahan di dunia Arab dan negara-negara dengan mayoritas penduduk Muslim dengan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada Desember. Pemimpin Palestina meresponsnya dengan membekukan seluruh hubungan dengan para pejabat AS.
Pada Mei, Washington memindahkan kedutaan besarnya dari Tel Aviv ke Yerusalem, menimbulkan demonstrasi massa besar di perbatasan Israel dengan Gaza, tempat pasukan Israel menembak mati puluhan demonstran Palestina.(mu)
Baca juga: Raja Yordania desak dunia dukung Palestina
Baca juga: Yordania kutuk peningkatan agresi Israel di Gaza
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018