• Beranda
  • Berita
  • Bagaimana cara pemain mengusir bosan di kamp Piala Dunia?

Bagaimana cara pemain mengusir bosan di kamp Piala Dunia?

24 Juni 2018 23:16 WIB
Bagaimana cara pemain mengusir bosan di kamp Piala Dunia?
Pemain Australia dalam sesi pemanasan. (REUTERS/JOHN SIBLEY)
Moskow (ANTARA News) - Para pesepak bola yang berlaga di Piala Dunia selalu mendapatkan tekanan-tekanan yang berat menjelang pertandingan, dan mereka seringkali menghadapi masalah-masalah tidak terduga, salah satunya adalah kebosanan di kamp latihan.

Pada periode pertandingan satu ke pertandigan lainnya, pemain diisolasi di kamp pelatihan yang jaraknya jauh di pedesaan, dikelilingi keamanan ketat dan tembok tinggi untuk mencegah para pengintai.

Kontak dengan keluarga pun dikontrol ketat, bahkan tidak sama sekali. Sehingga para pesepak bola itu hanya berlatih dengan orang-orang yang sama setiap hari, setiap waktu.

Pelatih Australia, Bert van Marwijk, mengatakan sebuah tim akan mengalami bencana apabila ada sekelompok pemain yang mengalami kebosanan. Pemain-pemain itu akan mudah bergesekan hingga bertikai dengan anggota skuat.

Baca juga: FIFA denda Polandia karena spanduk

Pada 2010, pelatih asal Belanda itu berhasil menyatukan tim hingga mencapai final Piala Dunia, meskipun ada beberapa pemain bernama besar yang ingin mendominasi para pemain lainnya.

"Saya mengatakan kepada para pemain Belanda pada 2010, kami akan bosan. Tetapi kami harus memenangkan Piala Dunia, kami harus bekerja sama," katanya kepada Daily Telegraph Sydney, dilansir AFP, Minggu.

Van Marwijk mengatakan, cara utama guna menjaga keharmonisan tim adalah membuat pemain mengerti bahwa mereka harus menghormati satu sama lain, meskipun mereka tidak pernah saling mengenal.

"Setiap hari beberapa hal kecil terjadi dan hal-hal itu sangat penting untuk atmosfer di seluruh tim," katanya. "Anda tidak dapat menemukannya dari buku mana pun, begitulah cara Anda memimpin grup, mengelola grup."

Kolam renang hingga komedi

Masing-masing tim punya cara mengusir kebosanan.

Inggris misalnya, pelatih Gareth Southgate mengajak anak asuhnya untuk bermain balon unicorn di kolam renang. Dia juga mengajak pemain untuk bermain dart dengan media.

Islandia mengambil pendekatan yang sama, menggunakan grup komedi untuk memberikan dorongan kepada para pemain sekaligus mengusir bosan.

"Tim ini di sini untuk jangka panjang dan kami berada di dalamnya bersama-sama. Penting untuk menjaga kegembiraan dan melakukan sesuatu yang sepenuhnya berbeda untuk saat ini dan nanti," kata juru bicara tim Omar Smarason.

Baca juga: Pemain Swedia dapat perlakuan rasis dan ancaman pembunuhan

Di sisi lain, rasa bosan yang kian bertumpuk setiap hari membuat pemain berhasrat untuk meninggalkan kamp latihan.

Mantan penjaga gawang Meksiko Antonio "Tota" Carbajal ingat bagaimana pada Piala Dunia 1966 di Inggris, dua pemain menyelinap pergi ke bar, namun pelatih Ignacio Trelles menyeret dua pemain itu kembali.

Carbajal berpendapat, kadang-kadang ada sisi positif dari ulah pemain yang berperilaku buruk.

"Hal-hal ini menyatukan tim," kata pemain berusia 89 tahun itu kepada AFP.

Di sisi lain, ada juga pelatih yang memberikan kebebasan pada pemainnya.

Pelatih Denmark, Richard Moller Nielsen, mengizinkan pemain mengunjungi gerai makanan cepat saji pada Piala Eropa 1992.

"Mungkin itu ide yang bagus jika kami minum bir dan berkendara melewati McDonald's. Saya akan menyarankan itu kepada pelatih," kata pemain belakang Denmark saat ini, Jannik Vestergaard, demikian AFP.

Baca juga: Usaha nekat pemuda China tanpa tiket ingin nonton ke Rusia
 

Penerjemah: Alviansyah Pasaribu
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2018