Para calon pembeli mengunjungi paviliun Indonesia yang menjajakan buah-buahan segar pada pameran Guangzhou International Fruit Expo 2018 yang berlangsung pada 27-29 Juni.
Para pengunjung pameran tersebut umumnya berasal dari China daratan, Hong Kong dan Australia.
Salak dan manggis tersebut didatangkan langsung dari Indonesia. Para calon pembeli umumnya tertarik dengan produk salak yang tidak mudah ditemukan di China.
Pada pameran buah internasional pertama di Guangzhou, paviliun Indonesia diikuti oleh PT Java Fresh.
"Lumayan ramai. Sudah banyak juga yang kelihatannya tertarik untuk menjajaki pembelian buah Indonesia," ujar Robert Budianto, Chief Financial Officer PT Java Fresh.
Menurut Robert, dengan jumlah penduduk dan daya beli yang terus meningkat serta tradisi makan buah yang sangat baik, China merupakan pasar yang sangat besar.
Namun, menurut Robert, kompetisi pasar untuk buah-buahan di China juga terbilang ketat. Untuk itu, PT Java Fresh fokus pada manggis dan salak yang dinilai cukup kompetitif untuk memasuki pasar China.
Berdasarkan kesepakatan antara pemerintah Indonesia dan China, Indonesia saat ini dapat mengekspor empat jenis buah ke China, yaitu salak, manggis, kelengkeng dan pisang.
"Sekalipun peluang sangat besar bagi buah-buahan tropis Indonesia, belum banyak pelaku usaha Indonesia yang tertarik untuk masuk pasar China. Biasanya, produk buah Indonesia, seperti manggis, masuk ke Tiongkok melalui Malaysia atau bahkan Thailand," ungkap Robert.
Pada 2017, Indonesia mengalami defisit perdagangan hingga 300 juta dolar AS untuk kategori buah-buahan (HS Code 08). Pada periode tersebut, nilai impor buah dari China ke Indonesia mencapai 390 juta dolar AS. Sebaliknya, nilai ekspor buah dari Indonesia ke China hanya sebesar 90 juta dolar AS.
Buah-buahan dari China yang masuk ke Indonesia didominasi apel, pir, anggur dan lemon. Sementara buah-buahan dari Indonesia yang masuk ke China didominasi produk turunan kelapa.
Baca juga: Bali ekspor sekitar 1.000 ton manggis ke mancanegara
Pewarta: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018