Ditemui di lokasi turnamen bulu tangkis Indonesia Terbuka 2018, Istora Senayan, Jakarta, Jumat (6/7) malam, Chong Wei yang kini sudah mendapatkan enam gelar seperti sang legenda bulu tangkis Indonesia, mengaku ingin mendapatkan gelar ketujuhnya pada edisi 2018 ini.
"Tentu saya ingin meraih gelar juara di sini. Tapi saya harus maju selangkah demi selangkah. Karena ini turnamen besar dan diisi pemain-pemain hebat di dalamnya," kata Chong Wei
Jika Chong Wei sukses meraih gelar juara, maka pemain senior yang dianugerahi gelar dato' (datuk) tersebut akan menjadi pemegang gelar juara Indonesia Terbuka terbanyak sepanjang sejarah.
Peluang tersebut kemungkinan bisa terjadi, karena pada putaran perempat final, hari Selasa, Chong Wei berhasil meraih kemenangan melawan Kantaphon Wangcharoen (Thailand) dengan skor 21-13, 22-20 dan berhak melaju ke semifinal.
Baca juga: Wakil Indonesia pastikan dua finalis Indonesia Terbuka
Di semifinal, Chong Wei akan menghadapai pemain tunggal putra utama Jepang Kento Momota di yang pada perempat final menumbangkan wakil Indonesia satu-satunya yang tersisa, Tommy Sugiarto, dengan skor 21-11, 21-15.
"Memang tidak mudah, karena besok juga saya masih harus menjalani pertandingan berat menghadapi Momota," ujar Chong Wei.
Menghadapi Momota yang tengah berjuang masuk kembali ke jajaran pemain top dunia, Chong Wei mengatakan, ia tidak menyiapkan strategi khusus.
"Saya hanya akan mencoba bertahan dengan baik melawan dia. Saya berharap besok penonton bisa menikmati pertandingan kami," ujar Chong Wei menambahkan.
Saat ini, peraih gelar terbanyak turnamen Indonesia Terbuka untuk nomor tunggal putra dipegang dua orang, yakni Taufik Hidayat (Indonesia) dan Lee Chong Wei (Malaysia) dengan masing-masing membukukan enam gelar.
Taufik memperoleh gelar pada tahun 1999, 2000, 2002, 2003, 2004 dan 2006. Sementara Chong Wei meraihnya di tahun 2007, 2009, 2010, 2011, 2013 dan 2016.
Baca juga: Hafiz/Gloria tantang Tontowi/Liliyana di semifinal Indonesia Terbuka
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2018