Ketua Harian YAICI Arif Hidayat di kantor Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Jakarta, Rabu, mengungkapkan 78 persen dan 97 persen masyarakat di Batam dan Kendari mempersepsikan SKM adalah susu.
Dari survei tersebut juga menunjukkan 97 persen masyarakat di KEndari mendapatkan informasi bahwa produk SKM merupakan susu dari iklan di televisi. Sementara 47 persen masyarakat Batam mendapat informasi SKM adalah susu dari iklan televisi.
Survei tersebut juga mengungkapkan 55 persen dari 130 ibu di Kendari memberikan SKM setiap hari kepada anaknya. Sementara di Batam 35 persen dari 75 ibu memberikan SKM setiap hari untuk asupan anak.
Peneliti YAICI Siti Zalifah Agustina bahkan menemukan di Batam ada anak yang mengonsumsi SKM hingga 10 gelas dalam sehari dan hanya mau minum SKM.
"Di Kendari kami juga menemukan ada anak gizi buruk yang meninggal karena tidak pernah diberikan ASI sejak lahir dan hanya diberikan SKM," kata Agustina.
Agustina menjelaskan persepsi masyarakat di daerah merasa bangga ketika tubuh anaknya menjadi gemuk karena meminum susu. Padahal kelebihan berat badan pada anak dikategorikan obesitas dan berdampak buruk terhadap kesehatan.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Penny Lukito menegaskan bahwa SKM bukan merupakan pengganti air susu ibu atau ASI bagi bayi.
"SKM bukan produk susu yang digunakan sebagai pemenuh asupan kebutuhan gizi terutama untuk bayi, apalagi untuk ASI," kata Penny.
Dia mengatakan SKM sekadar sebagai produk yang mengandung susu untuk pelengkap sajian.
Baca juga: BPOM: susu kental manis bukan pengganti asupan ASI
Baca juga: Kemenkes: kental manis bukan produk susu
Baca juga: Kemenperin sebut industri produk kental manis berkontribusi bagi ekonomi
Baca juga: BPOM pastikan susu kental manis aman dikonsumsi
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018