"Kita memaksimalkan mobil tangki air dan Tagana serta unsur relawan sosial lainnya," kata Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam Kementerian Sosial Margowiyono yang dihubungi di Jakarta, Kamis.
Selain itu, Kemensos juga menyiapkan berbagai kebutuhan logistik dan kebutuhan dasar lainnya sesuai dengan prosedur standar operasional saat terjadi bencana.
Lebih lanjut dia mengatakan, saat ini, Tagana dan mobil tangki air sudah disiapkan untuk antisipasi kekeringan di wilayah DI Yogyakarta dan Nusa Tenggara Timur.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat sejumlah daerah telah mengalami Hari Tanpa Hujan (HTH) ekstrem sehingga perlu waspadai terjadinya kekeringan.
"HTH ekstrem atau lebih dari 60 hari, berdasarkan monitoring BMKG lokasi tertinggi di Sape Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu selama 112 hari," kata Kepala Bagian Humas BMKG Indonesia Hary Tirto Djatmiko.
Selain itu, HTH tertinggi juga terjadi di DI Yogyakarta tepatnya di Lendah dan Srandakan selama 82 hari, Bangsri Jawa Tengah 92 hari, Kawah Ijen Jawa Timur 101 hari, Bali 102 hari dan Wulandoni NTT selama 103 hari.
Sementara itu, sejumlah daerah lainnya juga perlu mewaspadai kurangnya curah hujan dengan curah hujan rendah di bawah 55 milimeter.
Daerah tertentu yaitu di sebagian besar Pulau Sumatera, Kalkmantan, Sulawesi, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, sebagian Maluku Utara, bagian selatan Papua Barat dan Papua sekitar Merauke.
Baca juga: Musim kemarau diperkirakan hingga Oktober
Baca juga: BPBD menyebut 80 desa di Pamekasan rawan kekeringan
Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018