• Beranda
  • Berita
  • Panggilan darurat Saudi "911" sediakan Bahasa Indonesia

Panggilan darurat Saudi "911" sediakan Bahasa Indonesia

23 Juli 2018 12:38 WIB
Panggilan darurat Saudi "911" sediakan Bahasa Indonesia
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin (keempat kanan) bersama Wakil Ketua Komisi VIII DPR Hamka Haq (keempat kiri) melepas pemberangkatan jamaah calon haji kelompok terbang (kloter) pertama di Asrama Haji Embarkasi Surabaya (AHES), Surabaya, Jawa Timur, Selasa (17/7/2018). Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) embarkasi Surabaya memberangkatkan sebanyak 37.055 jamaah calon haji yang terdiri dari 35.270 JCH dari Provinsi Jawa Timur, 700 JCH dari Bali, 670 JCH dari NTT serta 415 petugas pendamping. (ANTARA FOTO/Moch Asim)

Jumlah bahasa yang digunakan dalam menerima panggilan darurat dari masyarakat akan terus bertambah sesuai dengan kebutuhan

 Madinah, Arab Saudi (ANTARA News) - Panggilan darurat Arab Saudi di nomor "911" menyediakan operator dengan 17 bahasa, termasuk bahasa Indonesia-Melayu.

Hal tersebut diketahui saat Kepala Pusat Operasi Keamanan 911 Arab Saudi, Waleed Sami` Abu Shanab mengajak sejumlah wartawan dari enam negara berkeliling di kantor pusat yang berlokasi di Mekah tersebut, baru-baru ini.

Selain bahasa Indonesia-Melayu, panggilan darurat bagi masyarakat juga dilayani dalam bahasa Inggris, Prancis, Jepang dan Urdu oleh operator perempuan dan laki-laki. "Jumlah bahasa yang digunakan dalam menerima panggilan darurat dari masyarakat akan terus bertambah sesuai dengan kebutuhan," katanya.

Setiap hari Kantor Pusat Operasi Keamanan tersebut menerima sekitar 45.000 panggilan darurat dari masyarakat, misalnya ketika terjadi kecelakaan lalu lintas, sedangkan selama musim haji, Kantor Pusat Kemanan "911" di Mekah menerima sekitar 60.000-80.000 panggilan darurat yang berasal dari jamaah haji.

Menyambut Musim Haji 1439 Hijriyah (2018), Pusat Operasi Keamanan tersebut menyediakan satu ruangan khusus bernama Ruang Operasi Haji (Operation Room for Hajj) guna memantau kondisi para jamaah haji yang berjumlah lebih dari tiga juta jiwa itu.

Di ruangan khusus tersebut terdapat sejumlah layar monitor yang menampilkan gambar yang ditangkap dari setiap titik di Kota Mekkah. Hampir tak ada satu pun tempat di kota suci umat Islam tersebut yang luput dari pantauan kamera keamanan.

Mendekati bulan haji tahun ini, semua menteri yang bertanggung jawab atas pelaksanaan haji, seperti Menteri Dalam Negeri, Menteri Haji dan Umrah, dan Menteri Keamanan, akan berkumpul di ruangan khusus tersebut, guna melakukan koordinasi internal mengenai aktivitas haji.

Pemantauan yang dilakukan di Kantor Pusat Keamanan tersebut menggunakan "smart system" dan terintegrasi dengan Pusat Manajemen Keramaian (Crowd Management) yang ada di Masjidil Haram, Mekkah.

Dengan demikian, seluruh pemantauan terhadap aktivitas haji dan kondisi jamaah haji dapat dijalankan dengan akurat, sedangkan penanganan kondisi darurat dapat dilakukan dengan segera.

Pusat Operasi Keamanan tersebut juga memiliki pusat media dan ruang pertemuan untuk para editor yang juga tersedia dalam berbagai bahasa, termasuk Indonesia-Melayu. 

Baca juga: Kementerian Agama agar pastikan penyelenggaraan ibadah haji lebih baik

Baca juga: Kemenag siapkan pengawas penyelenggaraan ibadah haji khusus
 
 

Pewarta: Libertina W. Ambari
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2018